TUGAS PAPER
PENGENALAN ALAT
MATA KULIAH PRAKTIKUM
ANALISIS PANGAN
OLEH
:
FINA
MUFTIA
240210090134
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2012
HPLC
HPLC secara mendasar
merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari
pelarut yang menetes melalui kolom dibawah grafitasi, didukung melalui tekanan
tinggi sampai dengan 400 atm. Ini membuatnya lebih cepat. HPLC memperbolehkan penggunaan
partikel yang berukuran sangat kecil untuk material terpadatkan dalam kolom
yang mana akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase
diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang
lebih baik dari komponen-komponen dalam campuran.
Perkembangan yang lebih
luas melalui kromatografi kolom mempertimbangkan metode pendeteksian yang dapat
digunakan. Metode-metode ini sangat otomatis dan sangat peka. Cara Kerja HPLC
adalah sampel yang akan dianalisis dijadikan dalam volume yang kecil dari fase
bergerak.
Sampel
pada HPLC diubah melalui reaksi kimia oleh fase diam ketika sampel melalui
sepanjang kolom. Tujuan penggunaan alat ini adalah mengetahui kadar asam organik (Arindra,
2009).
Banyak
dari pengubahan tergantung dari sifat alami analit, fase diam, dan fase bergerak. Waktu
saat analit keluar dari ujung kolom disebut waktu retensi dan merupakan suatu
karakteristik yang unik dari tiap analit. Penggunaan dari tekanan menaikkan
kecepatan linear memberikan lebih sedikit waktu bagi analit untuk berdifusi,
dan menghasilkan chromatogram.
Pelarut yang banyak digunakan yaitu air dan zat-zat organik seperti methanol
(Arindra, 2009).
HPLC ini
digunakan untuk asam organik, seperti asam formiat dan asam asetat. Jika sampel
mula-mula berbentuk padatan harus di-distruksi dulu kemudian di-treatment
sehingga berupa larutan homogen yang tidak terdapat endapan lagi dan bening
karena syarat sampel yang dapat dianalisa menggunakan HPLCadalah
harus tidak ada endapan dan harus bening (Putra, E., 2004).
Ada
dua perbedaan dalam HPLC, dimana tergantung pada polaritas relatif dari pelarut dan
fase diam yaitu (Anonim, 2007):
a) Fase normal HPLC
Ini
secara esensial sama dengan kromatografi lapis tipis atau
kromatografi kolom. Kolom diisi dengan partikel silika yang sangat kecil
dan pelarut non polar misalnya
heksan. Sebuah kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm (dan mungkin
kurang dari nilai ini) dengan panjang 150 sampai 250 mm.
Senyawa-senyawa
polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang
polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang
non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom.
b)
Fase balik HPLC
Dalam
kasus ini, ukuran kolom sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non polar
melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya secara
sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Sebagai contoh, pelarut polar digunakan
berupa campuran air dan alkohol seperti metanol.
Akan
terdapat atraksi yang kuat dalam kasus ini, antara pelarut polar dan molekul
polar dalam campuran yang melalui kolom. Atraksi yang terjadi tidak akan sekuat
atraksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fase
diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu, molekul-molekul
polar dalam campuran akan menghabiskan waktunya untuk bergerak bersama dengan
pelarut (Anonim, 2007).
Senyawa-senyawa
non polar dalam campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena
adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut
dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana halnya
senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol
misalnya. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam
larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Ini berarti bahwa molekul-molekul
polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom (Anonim, 2007).
Langkah-langkah
menganalisa menggunakan HPLC yaitu mula-mula sampel diinjeksi dengan syringe. Kemudian sampel masuk
ke injection hall. Dari
injection hall ini proses utama cara kerja HPLC dimulai, yaitu dengan
memompa sampel ke kolom oleh LC20AT dalam tekanan tinggi (Arindra, 2009).
Sampel
dijadikan fase bergerak dari kolom dan diolah dengan fase diam yaitu biasanya H2SO4 0,05
N dan CH3OH berdasarkan afinitas elektron. Setelah terpisah, dengan
berbagai perhitungan matematis, HPLC yang sudah disambungkan dengan
komputer ini memberikan pembacaan berupa peak. Setelah itu kita mencari luasan di bawah peak untuk
mengetahui kadar analit (Arindra, 2009).
Diagram
alir HPLC
Injeksi
sampel
Injeksi
sample seluruhnya otomatis dan anda tidak akan mengharapkan bagaimana
mengetahui apa yang terjadi pada tingkat dasar. Karena proses ini meliputi
tekanan, tidak sama halnya dengan kromatografi gas (jika anda telah
mempelajarinya).
Waktu retensi
Waktu retensi
Waktu
yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor
disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana
sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum
dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang
berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan
bergantung pada:
- tekanan yang digunakan (karena itu
akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)
- kondisi dari fase diam (tidak hanya
terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran partikel)
- komposisi yang tepat dari pelarut
- temperatur pada kolom
Itu
berarti bahwa kondisi harus dikontrol secara hati-hati, jika anda menggunakan
waktu retensi sebagai sarana untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa.
Detektor
Ada
beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum
yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak
senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika
menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor
pada sisi yang berlawanan, maka akan mendapatkan pembacaan langsung berapa
besar sinar yang diserap.
Jumlah
cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati
melalui berkas pada waktu itu. Pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar
UV, tetapi menyerapnya. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang
dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan
campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang
gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari
pelarut.
Rumus
perhitungannya adalah y = ½ b.h yaitu persamaan yang diplotkan dengan least
square. Sesuai dengan pengerjaan least square, maka sebelum menggunakan HPLC untuk
analit, kita harus membuat kurva standar terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan standar (Arindra, 2009).
Gradien elusi memisahkan analit bergantung pada
afinitas elektron sesuai fungsi dari afinitas elektron analit sebagai fase
bergerak relatif terhadap fase diam. Hal ini sesuai dengan ekstraksi
liquid-liquid, namun berjalan secara kontinu. Sesuai dengan prinsip tersebut maka
komponen yang hidrofob dari analit akan keluar dari kolom pada kondisi metanol
tinggi, sedangkan komponen yang hidrofil dari analit akan keluar dari kolom
pada kondisi metanol rendah (Arindra, 2009). Setelah itu sampel dikeluarkan
dari HPLC dan
ruangan pembuangan dari HPLC ini dicuci dengan asam asetat.
Interpretasi
output dari detektor
Output
akan direkam sebagai rangkaian puncak-puncak, dimana masing-masing puncak
mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor dan menerap sinar
UV. Sepanjang anda mengontrol kondisi kolom, anda dapat menggunakan waktu
retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang diperoleh, tentunya, anda
(atau orang lain) sudah mengukur senyawa-senyawa murninya dari berbagai senyawa
pada kondisi yang sama. Selain itu dapat menggunakan puncak sebagai jalan untuk
mengukur kuantitas dari senyawa yang dihasilkan.
Misalkan
senyawa X. Jika menginjeksi suatu larutan yang mengandung senyawa murni X yang
telah diketahui jumlahnya pada instrumen, anda tidak hanya dapat merekam waktu
retensi dari senyawa tersebut, tetapi anda juga dapat menghubungkan jumlah dari
senyawa X dengan puncak dari senyawa yang dihasilkan.
Area
yang berada dibawah puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui detektor, dan
area ini dapat dihitung secara otomatis melalui layar komputer. Area dihitung
sebagai bagian yang berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana). Jika
larutan X kurang pekat, area dibawah puncak akan berkurang meskipun waktu
retensi akan sama.
Ini berarti dimungkinkan mengkalibrasi
instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahu berapa jumlah substansi yang
dihasilkan meskipun dalam jumlah kecil. Meskipun demikian, harus berhati-hati.
Jika anda mempunyai dua substansi yang berbeda dalam sebuah campuran (X dan Y),
dapatkah anda mengatakan jumlah relatifnya? Anda tidak dapat mengatakannya jika
anda menggunakan serapan UV sebagai metode pendeteksinya.
Area
di bawah puncak Y pada gambar lebih kecil dibanding dengan area dibawah puncak
X. Ini mungkin disebabkan oleh karena Y lebih sedikit dari X, tetapi dapat sama
karena Y mengabsorbsi sinar UV pada panjang gelombang lebih sedikit dibanding
dengan X. Ini mungkin ada jumlah besar Y yang tampak, tetapi jika diserap
lemah, ini akan hanya memberikan puncak yang kecil.
Rangkaian HPLC pada spektrometer massa
Rangkaian HPLC pada spektrometer massa
Ini
menunjukkan pada saat detektor menunjukkan puncak, beberapa senyawa sementara
melewati detektor dan pada waktu yang sama dapat dialihkan pada spektrometer
massa. Pengalihan ini akan memberikan pola fragmentasi yang dapat dibandingkan
pada data komputer dari senyawa yang polanya telah diketahui. Ini berarti bahwa
identifikasi senyawa dalam jumlah besar dapat ditemukan tanpa harus mengetahui
waktu retensinya.
VISKOMETER
Viskositas
adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar resistensi suatu
zat cair untuk mengalir semakin besar
pula viskositasnya. Rheologi adalah ilmu yang
mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Viskositas mula-mula
diselidiki oleh Newton, yaitu dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk
tumpukan kartu seperti pada gambar berikut :
Zat
cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama
lain. Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya bergerak dengan
kecepatankonstan,sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang
berbanding langsung denganjaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap.
Perbedaan kecepatan dv antara dua lapisan yangdipisahkan dengan jarak dx adalah
dv/dx atau kecepatan geser (rate of share). Sedangkan gayasatuan luas yang
dibutuhkan untuk mengalirkanzat cair tersebut adalah F/A atau tekanan geser
(shearing stress)
Menurut
Newton :
F/A
= dv/dx
F/A
= ηdv/dx
η
= F/Adv/dx
η
= koefisien viskositas, satuan Poise
Viskositas
suatu zat dipengaruhi oleh suhu. Viskositas gas meningkat dengan bertambah
tingginya suhu, sedangkan viskositas zat cair menurun denganmeningginya suhu.
Hubungan antara viskositas dengan suhu tampak pada persamaan Arrhenius :
A :
konstanta yang tergantung pada berat molekul dan volume molar zat cair
Ev
: energi aktivasi
R
: konstanta gas
T
: suhu mutlak
Hampir
seluruh sistem dispersi termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi,suspense, dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton.
Viskosita cairan semacamini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga
untuk mengetahui sifat alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan
geser. Untuk menentukan viskositasnya dipergunakan viscometer rotasi Stormer.
Berdasarkan
grafik sifat alirannya (rheogram), cairan non Newton terbagi dalam dua
kelompok, yaitu :
1.
Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu.Kelompok ini terbagi atas
tiga jenis, yakni :
a)
Aliran plastik
b)
Aliran pseudoplastik
c)
Aliran dilatan
2.
Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu.
Kelompok
ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
a)
Tiksotropik
b)
Antitiksotropik
c)
Rheopeksi
Peralatan
yang digunakan untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat cair disebut
viskometer. Viskometer
juga merupakan suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang
diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viscometer mengukur kecepatan dari
suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu
mengalir cepat maka viskositas cairan itu rendah (misalnya cair) dan bila
cairan itu mengalir lambat maka dikatakan viskositasnya tinggi (misalnya madu).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran
cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Ini merupakan salah satu cara
yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Menurut
hukum Poiseville, jumlah cairan yang mengalir melalui pipa persatuan waktu
dirumuskan dengan persamaan :
V/t = PR4/ 8
η L ket
: η = Viskositas (dPa.s.)
V
= Volume cairan
t
= Waktu (s)
P
= Tekanan
R
= Jari-jari tabung
L
= Panjang tabung
Ada
dua jenis viskometer, yaitu :
1. Viskosimeter
Satu Titik
Viskosimeter
ini bekerja pada titik kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan satu titik
pada rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik nol akan menghasilkan
garislurus. Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan
Newton.Yang termasuk dalam jenis ini misalnya viskosimeter kapiler, bola jatuh,
penetrometer, plastometer ,dll.
2. Viskosimeter
Banyak Titik
Dengan
viskosimeter ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga kecepatangeser
sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter jenis ini dapat
jugadigunakan baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton
maupun nonNewton. Yang termasuk ke dalam jenis viskosimeter ini adalah
viskosimeter rotasi tipeStormer, Brookfield, Rotovico, dll.
Cairan
yang mengikuti hukum Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu
dan tidak tergantung pada kecepatan geser. Oleh karena itu, vis-kositanya cukup
ditentukan pada satu kecepatan geser. Viskometer yang dapat dipergunakan untuk
keperluan itu adalah viskometer kapiler atau bola jatuh. Apabila
digambarkan antara kecepatan geser terhadap tekanan geser, maka diperoleh
grafik garis lurus melalui titik nol seperti gambar grafik dibawahini. Contoh
cairan Newton adalah minyak jarak, kloroform, gliserin, minyak zaitun, dan air.
Viskometer bola jatuh merupakan viskosimeter satu titik yang digunakan untuk
menentukan viskosita cairan newton. Viskosimeter ini bekerja pada satu titik
kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan satu titik pada rheogram.
Prinsip
kerja dari viskometer bola jatuh adalah mengukur kecepatan bola jatuh
melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap. Viskometer Hoeppler, seperti terlihat
pada Gambar, merupakan alat yang ada dalam perdagangan berdasarkan pada prinsip
ini. Pada viskosimeter Hoeppler tabungnya dipasang miring sehingga
kecepatan bola jatuh akan berkurang sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih
teliti. Viskometer ini cocok digunakan untuk cairan yang mempunyai viskositas
yang sukar diukur dengan viskosimeter kapiler.
Selanjutnya,
viskositas cairan dapat dihitung dengan persamaan stokes yaitu :
η
= 2r2(ρ1-ρ2)g/9v
Keterangan
: r = jari-jari bola (cm)
ρ 1=
bobot jenis bola
ρ 2=
bobot jenis cairan
g
= gaya gravitasi
v
= kecepatan bola (cm.detik -1)
Persamaan
diatas dapat disederhanakan menjadi :
η=
B(ρ1-ρ2)t
Keterangan
: B = konstanta bola
T
= waktu tempuh boal jatuh
Ada beberapa viscometer yang sering digunakan untuk
menentukan viskositas suatu larutan, yaitu :
- Viskositas Ostwald : Untuk menentukan laju aliran kuat kapiler
- Viskositas Hoppler : Laju bola dalam cairan
- Viskositas VT-03E/VT-04E : Gaya yang diperlukan untuk memutar
silinder yang konsentris pada kecepatan sudut tertentu.
Pada viskositas ostwald yang diukur adalah waktu
yang diperlukan oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa
kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Didalam percobaan diukur waktu aliran untuk volume,
melelui pipa kapiler yang vertical. Jumlah tekanan (P) dalam hukum Poiseville
adalah perbedaan tekanan kedua permukaan cairan dan berbanding lurus dengan
berat jenis cairan (r).
Secara analisis viskositas semakin turun dengan
tingginya suhu. Hal tersebut mengakibatkan cairan menjadi lebih encer. Dengan
encernya cairan maka viskositasnya semakin kecil. Di
dalam handbook disebutkan bahwa viskositas standart untuk air
TEKSTUR ANALYZERS
Tekstur
Analyzers digunakan untuk analisis Tekstur merupakan faktor penting yang
mempengaruhi pengolahan dan penanganan, mempengaruhi kebiasaan, dan
mempengaruhi rak-hidup dan penerimaan konsumen produk. Analisa tekstur
didasarkan pada metode instrumental analisis tekstur.
Metode
instrumental menilai tekstur pengukuran dapat dilakukan dalam kondisi lebih
ketat didefinisikan dan dikendalikan. Perubahan kadar bahan dapat menyebabkan
perubahan simultan beberapa karakteristik produk. Tujuan utama studi analisis
tekstur profil banyak yang dirancang oleh satu atau lebih uji mekanis dengan
kapasitas untuk menggantikan evaluasi sensorik manusia sebagai alat untuk
mengevaluasi analisis tekstur.
Tanggapan
kekuatan sampel akan ditampilkan pada layar digital bergerak naik atau turun
tergantung pada seberapa jauh dalam mendorong keseimbangan ke dalam sampel,
dimana ini adalah cara kerja tekstur analyzer.
KROMAMETER
Kromameter
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur warna dari permukaan suatu objek.
Prinsip dasar dari alat ini ialah
interaksi antara energi cahaya diffus dengan atom atau molekul dari objek yang
dianalisis. Menurut Darmawan(2009), prinsip kromameter adalah pengukuran
perbedaan warna melalui pemantulan cahaya oleh permukaan sampel .
Alat
ini terdiri atas ruang pengukuran dan pengolah data. Ruang pengukuran berfungsi
sebagai tempat untuk mengukur warna
objek dengan diameter tertentu. Setiap kromameter dengan tipe berbeda memiliki
ruang pengukuran dengan diameter yang berbeda pula.
Sumber
cahaya yang digunakan yaitu lampu xenon. Lampu inilah yang akan menembak
permukaan sampel yang kemudian dipantulkan menuju sensor spektral. Selain itu,
enam fotosel silikon sensitifitas tinggi dengan sistem sinar balik ganda akan
mengukur cahaya yang direfleksikan oleh sampel (Anonim, 1991).
Skema
pengukuran dari kromameter yaitu sampel diberi cahaya diffus dan diukur pada
sudut tertentu. Cahaya diffus yang mengenai sampel dipantulkan pada sudut
tertentu, kemudian diteruskan ke sensor spektral, lalu dihitung menggunakan
komputer mikro (Boedi, 2004).
Data
hasil pengukuran dapat berupa Yxy (CIE 1931), L*a*b* (CIE 1976), Hunter Lab
atau nilai tristimulus XYZ, yang sebelumnya diolah melalui pengolah data.
Sistem pengukuran yang paling sering digunakan ialah sistem CIE L*a*b* atau
CIELAB. Sistem warna CIELAB merupakan suatu skala warna-warna yang seragam
dalam dimensi warna. Sistem ini diimplementasikan dalam bentuk dimensi warna.
Pengukuran
warna dilakukan dengan cara meletakkan sampel bubuk (untuk mi mentah) dan
lumatan (untuk mi matang) pada lubang
yang terdapat di tengah plat hitam, sampai lubang terisi penuh atau dipadatkan
kemudian ditutup dengan kaca. Pemotretan dengan
chroma meter dilakukan sebanyak tiga kali pada masing-masing sampel.
Sistem warna yang digunakan adalah sistem warna Hunter. Menurut Soekarto
(1985), sistem warna Hunter Lab memiliki tiga atribut yaitu nilai L, a, dan b.
Nilai L menunjukkan kecerahan sampel (warna kromatis, 0: hitam sampai 100:
putih). Warna kromatik merah sampai hijau ditunjukkan oleh nilai a (a: 0 sampai
100 untuk warna merah, a: 0 sampai -80 untuk warna hijau). Warna kromatik biru
sampai kuning ditunjukkan oleh nilai b (b: 0 sampai 70 untuk warna kuning, b: 0
sampai -70 untuk warna biru).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
Texture Analyzer. Diakses dari http://www.foodtechcorp.com/texture-analyzers.html
pada tanggal 24 mei 2012.
Anonim. 2011. Viskositas dan Viskometer. Diakses dari http://che-mus.blogspot.com/2011/03/viskositas-dan-viskometer.html
pada tanggal 24 mei 2012.
Clark,
jim. 2007. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Diakses dari http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_cair_kinerja_tinggi_hplc/
pada tanggal 24 mei 2012.
Delvina.
2011. Penentuan Kekentalan Cairan Dengan Viskometer Ostwald Dan Bola Jatuh. Diakses dari http://delvina-vina.blogspot.com/2011/11/penentuan-kekentalan-cairan-dengan.html
pada 24 Mei 2012.
Tanti.
2011. Cara Kerja HPLC. Diakses dari http://www.artikelkimia.info/cara-kerja-hplc-21532201072011
pada 24 Mei 2012.
0 komentar:
Posting Komentar