V. PEMBAHASAN
Karbohidrat
merupakan salah satu makromolekul penting yang dibutuhkan oleh manusia. Karbohidrat
dalam bentuk gula dan pati melambangkan bagian utama kalori total yang
dikonsumsi manusia dan kebanyakan hewan. Karbohidrat juga merupakan pusat
metabolisme tanaman hijau dan organisme fotosintetik lainnya yang menggunakan
energi cahaya untuk melakukan sintesa karbohidrat dari CO2dan H2O (Lehninger
1982).
Karbohidrat
berasal dari kata karbon dan hidrat sehingga disebut hidrat darikarbon. Karbohidrat
memiliki rumus umum Cn(H2O)m yang pada umumnya harga m sama dengan harga n. Karbohidrat
merupakan kelompok besar senyawa polihidroksildehida dan polihidroksiketon
atau senyawa-senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi polihidroksialdehida
atau polihidroksiketon (Wahyudi,dkk., 2003:94).
A.
PENENTUAN KADAR GULA REDUKSI DAN GULA
TOTAL
Dalam
praktikum penentuan kadar karbohidrat, langkah pertama adalah penentuan gula
reduksi. Gula reduksi ialah gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas
yang dalam suasana basa dapat mereduksi logam-logam, sedangkan gula itu sendiri
teroksidasi menjadi asam-asam (asam aldonat, asam ketonat atau asam uronat).
Langkah
pertama yang dilakukan adalah membuat larutan siap uji untuk gula pereduksi
(larutan A) dengan cara ekstraksi gula. Pembuatan larutan A ini ditambahkan
Pb-Asetat 5 % yang merupakan zat pengklarifikasi yang berguna untuk
mengendapkan koloid, asam organik, asam amino, protein dan polifenol. Hal ini
dilakukan agar komponen-komponen lain yang bukan karbohidrat tidak ikut
bereaksi sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Selain itu ditambahkan
juga Na-pospat 5 % yang berguna untuk mengendapkan kelebihan Pb-Asetat 5 %., kemudian
dihasilkan larutan A yang merupakan hasil ekstraksi gula, larutan A yang
diperoleh siap untuk digunakan dalam penentuan kadar gula reduksi dengan metode
Luff Schoorl.
Penentuan
kadar gula total (larutan B) dilakukan dengan cara larutan A diambil 50 ml dan
masukkan ke labu ukur. Tambahkan 5 tetes metil orange sebagai indikator dan 20
mL HCl 4N. Penambahan HCl dimaksudkan untuk menghidrolisis karbohidrat. Polimer
karbohidrat sulit untuk bereaksi sehingga dengan penambahan asam, polimer
akan terpecah menjadi monomer-monomer yang akan lebih mudah
untuk bereaksi dengan senyawa lain. Hidrolisis pada sampel dapat
memisahkan karbohidrat dalam sampel. Setelah ditambahkan HCl, campuran sampel
dan HCl dipanaskan selama 30 menit. Setelah dipanaskan, sampel dinetralkan
dengan larutan NaOH 60%, sampai sampel dan campuran didalamnya netral. Larutan
yang sudah netral ditandai perubahan warna menjadi kuning-orange. Pengujian
karbohidrat dengan metode luff school, pH yang terlalu rendah (terlalu asam)
akanmenyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena
terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2.
O2 + 4I- + 4H+ 2I2 + 2H2O
Apabila
pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah
daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu
terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis).
I2
+ H2O HOI + I- + H+4HOI + S2O3= + H2O 2SO4= + 4I- + 6H+
Setelah
dinetralkan sampel diencerkan dan dihasilkan larutan B. Kemudian larutan A atau
B dipipet sebanyak 25 ml dan ditambahkan larutan luff schoorl. Larutan luff
schrool akan bereaksi dengan sampel yang mengandung gula pereduksi:
R ± COH + CuO Cu2O + R ± COOH
Penentuan
kadar gula ini dilakukan dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Untuk
mengetahui bahwa titrasi sudah cukup (titik akhir titrasi) maka diperlukan
penambahan indikator yaitu amilum 1 %. Agar perubahan warna dari hitam
kebiru-biruan menjadi putih susu dapat tepat, maka penambahan amilum 1 %
dilakukan pada saat titrasi hampir selesai yaitu saat warna larutan kuning
jerami.
Reaksi yang terjadi selama penentuan
karbohidrat cara ini adalah kuprioksida yang berada dalam reagen akan
membebaskan iod pada garam Kalium Iodida (KI). Banyaknya iod yang dibebaskan
ekuivalen dengan banyaknya kuprioksida, cara lain untuk mengetahui banyaknya
iod adalah dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat, penentuan titik akhir
titrasi dapat dipermudah dengan penambahan indikator amilum 1%, penambahan ini
dilakukan diakhir rangkaian titrasi agar perubahan warna dapat terjadi dengan
tepat. Apabila larutan berubah warnanya dari biru menjadi putih berarti titrasi
telah selesai dan dapat dihitung volume Na-tiosulfat yang terpakai. Setelah
didapat nilai selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel dapat dikonversikan
dalam tabel Luff untuk menggambarkan hubungan antara banyaknya Na-tiosulfat
dengan gula reduksi, maka dengan cara tersebut dapat diketahui jumlah gula
reduksi yang ada dalam larutan. Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula
pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai
berikut :
R-CHO
+ 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O
2
Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2
2
S2O32- + I2 S4O62-
+ 2 I-
Perhitungan
nilai a dapat digunakan rumus berikut :
Sedangkan
perhitungan persen kadar pati yang terkandung dalam kacang tanah (sampel) dapat
digunakan rumus berikut :
Metode
Luff Schoorl dalam praktikum penentuan kadar karbohidrat, digunakan untuk
menentukan kadar pati. Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama
disebabkan oleh komposisi yang konstan. Pada penentuan gula cara Luff Schoorl,
yang ditentukan bukan kuprooksida yang mengendap tetapi dengan menentukan
kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi
blanko) dan setelah itu direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi
sampel).
Metode
Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang
berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff
Schoorl merupakan metode terbaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan
tingkat kesalahan sebesar 10%. Berdasarkan hasil praktikum maka didapatkan
kandungan kadar tertinggi terdapat pada sampel tepung beras kelompok 7 yakni
sebesar 16,2% sedangkan kandungan kadar terendah terdapat pada sampel tepung
jagung kelompok 1 yakni sebesar 7,67%.
B.
PENETUAN KADAR SERAT KASAR
Serat Kasar merupakan residu dari bahan
makanan atau pertaniansetelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih,
dan terdiri dari selulosa,dengan sedikit lignin dan pentosan. Serat kasar juga
merupakan kumpulan darisemua serat yang tidak bisa dicerna oleh tubuh, komponen
dari serat kasar iniyaitu terdiri dari selulosa, pentosa, lignin dan
komponen-komponen lainnya.
Komponen dari serat kasar ini tidak
mempunyai nilai gizi,akantetapi serat ini sangat penting untuk proses
memudahkan dalam pencernaan didalam tubuh agar proses pencernaan tersebut
lancar (Peristaltic). Pati dan serattergolong ke dalam karbohidrat, sedangkan
karbohidrat terdiri dari karbon,hydrogen, dan oksigen. Karbohidrat juga
dikelompokkan menjadi 3 yaitu :monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Monosakarida yang paling pentingadalah glukosa, fruktosa dan galaktosa. Selain
itu serat kasar ini tahan terhadapreaksi hidrolisis yang merupakan penggabungan
2 buah monosakarida yaknistruktur besar menjadi struktur kecil penggabungan
akan dilepas oleh air dankemudian dimasukkan air.
Metode penentuan serat kasar dari sampel
dimulai dengan menimbang dan memasukkan sampel dalam Erlenmeyer dan dilakukan
penambahan larutan H2SO4 0,255 N sebanyak 200 ml. Larutan
H2SO4 yang bersifat asam digunakan untuk mereduksi
senyawa lain selain serat yang terkandung pada sampel. Erlenmeyer yang berisi larutan sampel di refluks selama 30
menit, refluks digunakan untuk mempercepat proses pemisahan, setelah di
refluks, larutan segera disaring saat keadaan panas, endapan yang didapat
kemudian dicuci dengan aquades panas (uji lakmus). Pencucian endapan
dimaksudkan untuk menghilangkan/melarutkan karbohidrat larut air sehingga yang
tersisa hanyalah karbohidrat tidak larut air. Penggunaan aquades panas agar
memecah komponen pati dan karbohidrat lain yang terkandung sehingga murni
didapatkan serat kasar. Endapan yang didapat kemudian dimasukkan kembali dalam
Erlenmeyer dengan penambahan NaOH 0,313 N sebanyak 200 ml, penambahan tersebut
dimaksudkan untuk mengubah suasana larutan yang semula asam menjadi netral.
Setelah itu larutan direfluks kembali dan disaring, setelah disaring dan
didapatkan endapan, kertas saring yang berisi endapan dihitung berat totalnya.
Setelah perhitungan berat dilakukan pencucian dengan tiga larutan secara
berurutan yaitu K2SO4 10% sebanyak 15 ml, 50 ml aquades
panas, dan 15 ml alkohol 95%, untuk diambil residunya.
Penggunaan larutan K2SO4
dikarenakan dalam larutan tersebut mengandung sulfat sehingga ada
kemungkinan memiliki kemampuan untuk mempermudah lepasnya senyawa lain yang
berikatan dengan serat kasar. Penggunaan aquades panas dimaksudkan untuk
memecah komponen pati/karbohidrat lainnya. Penggunaan alkohol digunakan untuk
menghilangkan sisa-sisa lemak dan mempercepat proses pengeringan di oven.
Langkah selanjutnya setelah pencucian
dengan ketiga larutan tersebut adalah pengeringan residu beserta kertas saring
dalam oven dengan suhu 1050C selama 2 jam, kemudian didinginkan
dalam desikator selama 15 menit. Langkah terakhir dalam pengujian ini adalah
penimbangan, sehingga mendapatkan berat kertas saring yang konstan agar
mempermudah menentukan nilai residu kering.
Berdasarkan pengamaatan hasil praktikum
diketahui bahwa kadar serat kasar tertinggi terdapat pada sampel padi kelompok
10, yaitu sebesar 14,55% sedangkan nilai kadar serat kasar terendah terdapat
pada sampel caisim kelompok 4, yaitu sebesar 3%. Perhitungan serat kasar
penting dilakukan untuk menilai kualitas bahan makanan karena angka ini
merupakan indeks dan menentukan nilai gizi bahan makanan tersebut. Kandungan
serat kasar dapat juga digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan,
dengan demikian persentase serat kasar dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian bahan atau efisiensi suatu proses.
C.
PENENTUAN KADAR PATI
Karbohidrat
merupakan zat gizi makro yang memiliki fungsi utama bagi tubuh manusia yaitu
sebagai sumber energi. Karbohidrat merupakan suatu molekul atau zat yang
tersusun atas atom-atom C, H, dan O. Karbohidrat memiliki banyak
jenis tergantung pada komposisi atom-atom tersebut. Karbhidrat terbagiatas 2
kategori utama yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks.
Karbohidrat
sederhana terdiri dari monosakarida dan disakarida sedangkan karbohidrat
kompleks terdiri atas glikogen, pati, dan serat. Manusia menyimpan cadangan
glukosa dalam bentuk glikogen, sedangka tumbuhan menyimpan dalam sel-selnya
dalam bentuk pati. Pati merupakan gabungan dari ratusan bahkan
ribuan molekul glukosa yang terangkai menjadi satu membentuk suatu
rantai panjang yang bercabang maupun tidak bercabang. Pati dapat ditemukan
dalam serealia seperti gandum dan beras, dalam leguminosaseperti polong dan
kapri, dan dalam tanaman umbi pada tanaman seperti kentang dan umbi-umbian.
Manusia memanfaatkan pati dengan cara menghidrolisinya menjadi polisakarida dan
maltosa yang kemudian dapat digunakan sebagai sumber energi.
Pati
atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam
air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan
utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga
menjadikan patisebagai sumber energi yang penting. Pati tersusun dari dua macam
karbohidrat,amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.
Amilosamemberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat
lengket.Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan
amilopektintidak bereaksi (Aulana 2005).
Metode Luff
Schoorl adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus
aldehid (-CHO). Komponen utama reagent Luff Schoorl adalah CuO. Uji ini
dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan.
Reaksi positif pada uji Luff Schoorl ditandai dengan adanya endapan merah. Reaksi
yang terjadi adalah:
Gambar 1. Reaksi yang terjadi pada metode luff school
Pada
reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu2O. Cu2O inikemudian membentuk
endapan merah bata. Salah satu manfaat praktis uji luff adalah mengetahui
adanya gula pereduksi atau aldosa (contohnya sukrosa), yangmemiliki gugus
aldehid (Anonim 2009).
Monosakarida
akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan
direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan
tersebut dititrasi dengan larutan NaS2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa
yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas
untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana prosesiodometri adalah proses
titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabilaterdapat zat oksidator
kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netralatau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi
dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator
(Hartati dan Titik 2003). I2 bebas ini selanjutnya akandititrasi dengan larutan
standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleksiod-amilum yang tidak larut
dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasimembutuhkan indikator
amilum, maka penambahan amilum harus sebelum titik ekuivalen (TBKKP 2008)
Penentuan
kadar pati dilakukan dengan menimbang sampel sebanyak 1 gdan
memasukkannya ke dalam
erlenmeyer. Sebanyak 100 ml akuades ditambahkan kemudian
direndam selama 1 jam. Tujuan perendaman adalah untuk mengurangi kotoran
yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya sampel disaringdan dicuci endapannya
untuk memisahkan pati dari pengotornya. Kemudian endapan sampel ditambahkan 100
ml HCl 2,5%. Fungsi dari penambahan HCl inia dalah untuk mengikat
kandungan-kandungan yang ada di dalam sampel selain gula, seperti pati, serat,
dan lain-lain. Sampel kemudian di refluks selama 1 jam dimulai dari mendidih.
Tujuan refluks adalah mengeluarkan zat-zat volatil tanpa mengurangi volume
sampel. Sampel yang telah dingin kemudian dipindahkan kedalam labu ukur dan
dilakukan penambahan 2 tetes PP 1% dan NaOH 60% hingga larutan menjadi netral
yang ditunjukkan dengan warna merah muda.
Penambahan
NaOH bertujuan untuk memberikan suasana basa pada larutan, karena reaksi hanya
bisa berlangsung dalam suasana basa. Kemudian larutan ditambahkan akuades
hingga tanda batas. Larutan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring.
Sebanyak 25 ml filtrat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan dilakukan
penambahan larutanLuff Shcoorl. Penambahan larutan Luff Schoorl ini adalah
untuk memberikan warna biru pada larutan, serta sebagai bahan untuk direduksi
oleh gula pereduksi sehingga menghasilkan kompleks biru. Setelah larutan
bercampur sempurna, dilakukan refluks dengan pemanasan selama 15 menit setelah
itu didinginkan. Menurut TBKKP (2008), pemanasan ini dilakukan dengan tujuan
untuk mempercepat reaksi reduksi dari monosakariada pada gula terhadap CuO
menjadi Cu2O. Larutan yang telah didinginkan kemudian ditambahkan dengan
larutan KI. Fungsi dari penambahan larutan KI ini adalah untuk untuk mereduksi
kelebihanCuO sehingga I2 terlepas.Setelah itu, dilakukan juga penambahan H2SO4 ke
dalam larutan. Penambahan H2SO4 ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati,
karena reaksi yang terjadi bersifat eksoterm sehingga menghasilkan panas.
Penambahan H2SO4 ini bertujuan untuk mengasamkan larutan karena pada suasana
basa, tio sebagai larutan standar akan tereduksi secara
parsial menjadi sulfat makanya perludilakukan pengasaman tersebut (TBKKP
2008). Setelah larutan bercampur sempurna, dilakukan titrasi dengan menggunakan
larutan tiosulfat dan amilum 1% sebagai indikator. Larutan amilum ditambahkan
sebelum larutan mencapai titik ekuivalen. Hal ini dilakukan karena titrasi
dengan menggunakan larutan tiosulfat dengan indikator amilum akan membentuk
kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Titrasi dilakukanhingga larutan
berubah warna menjadi putih susu yang awalnya berwarna birukarena larutan Luff
Schoorl (hingga mencapai titik ekuivalen). Jika indikator amilum masih
menyebabkan larutan berwarna biru menandakan bahwa prosestitrasi belum selesai.
Setelah proses titrasi selesai, dilakukan pembacaan volumetio yang terpakai
saat titrasi dan di hitung dengan menggunakan rumus yang ada.
Berdasarkan
hasil praktikum didapat kadar pati tertinggi terdapat pada sampel Crackers
kelompok 3 dan 4 dengan nilai 42,92% sedangkan nilai kadar pati terendah
terdapat pada sampel Biskuit kelompok 1 dan 2 dengan nilai sebesar 24,543%. Dalam
penetapan kadar pati ini, dilakukan juga pengukuran blanko dengan cara yang
sama. Namun penentuan blanko tidak menggunakan sampel, hanya menggunakan
larutan Luff Schoorl saja. Nilai blanko sebesar 24 ml. Penetapan blanko ini
bertujuan untuk dijadikan sebagai perbandingan dalam penentuan jumlah gula
dalam larutan yang dianalisis.
KESIMPULAN
- Penentuan kadar gula reduksi dan
gula total (karbohidrat) dalam bahan sangat penting dalam menentukan nilai
gizi dari suatu produk.
- Metode Luff Schoorl ini baik
digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang.
- Serat kasar adalah senyawaan yang
tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia ataupun binatang, serat
kasar mengandung senyawa.
·
Perhitungan
serat kasar dilakukan untuk menilai kualitas bahan makanan. Selain itu
persentase serat kasar dapat digunakan untuk menentukan kemurnian bahan atau
efisiensi suatu proses.
·
Kandungan kadar gula tertinggi terdapat
pada sampel tepung beras kelompok 7 yakni sebesar 16,2%
·
Kandungan kadar gula terendah terdapat pada
sampel tepung jagung kelompok 1 yakni sebesar 7,67%.
·
Kadar serat kasar tertinggi terdapat
pada sampel padi kelompok 10, yaitu sebesar 14,55%
·
Kadar serat kasar terendah terdapat pada
sampel caisim kelompok 4, yaitu sebesar 3%.
·
Kadar pati tertinggi terdapat pada
sampel Crackers kelompok 3 dan 4 dengan nilai 42,92%
·
Kadar pati terendah terdapat pada sampel
Biskuit kelompok 1 dan 2 dengan nilai sebesar 24,543%.
·
Nilai blanko penentuan kadar pati adalah
sebesar 24 ml.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim(a). 2001. Luff Schoorl (terhubung berkala)
www.wikipedia.org/Luff Schoorl (7 April 2012).
Anonim(b). 2009. Metode Luff Schoorl (terhubung
berkala )http://monruw.wordpress.com/tag/gula-pereduksi/ (8 April 2012).
Lehninger,
Albert L.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga: Jakarta.
TBKKP.
2008. Analisis gula pada jeruk siam dan Sunkist (terhubung
berkala)http://www.scribd.com/doc/29548552/ANALISA-KADAR-GULA (8 April 2012).
Wahjudi,
dkk. 2003. Kima Organik II. Malang: UM Press.
0 komentar:
Posting Komentar