GULA JAGUNG SEBAGAI PEMANIS MAKANAN
BAGI PENDERITA
DIABETES
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Mata Kuliah Bahan Makanan Tambahan
Oleh :
Ferry Pramana P1B040017
Yanti Sri Lestari P1B040047
Purwaningsih P1B040074
Robiul Djannah P1B040078
Yullis Candra M P1B040086
Marnala Joshua P1B040104
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2007
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Gula Jagung
Sebagai Pemanis Makanan Bagi Penderita Diabetes” sebagai tugas mata kuliah
Bahan Makanan Tambahan..
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan
segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jatinangor, Mei 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
Daftar Tabel........................................................................................................
iii
Bab I Pendahuluan............................................................................................. 1
Bab II Diabetes................................................................................................... 2
Bab III Gula Jagung.......................................................................................... 4
3.1 Pemanis......................................................................................................... 4
3.1 Karakteristik Gula Jagung............................................................................ 5
3.2 Pembuatan Gula
Jagung............................................................................... 6
Bab III Manfaat Gula Jagung……………………………………………….. 10
Kesimpulan…………………..........………….............…………..…………… 13
Daftar Pustaka……………………..........……………………………………. 14
BAB I.
PENDAHULUAN
Dewasa
ini pola makan masyarakat Indonesia cenderung memilih jenis makanan cepat saji
yang umumnya mengandung kalori dan kadar kolesterol tinggi. Pola makan seperti
ini menyebabkan timbulnya berbagai jenis penyakit degeneratif, salah satu
contohnya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi di
mana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari normal, hal ini disebabkan
gula tidak dapat memasuki sel-sel. Kadar gula darah normal: 60 mg/dl sampai
dengan 145 mg/dl.
Penyakit diabetes
mellitus dapat berjalan lama, hal ini disebabkan oleh kadar gula yang tinggi
dalam darah. Namun tingginya kadar gula darah ini dapat dikendalikan hingga
mencapai kadar normal dengan merubah beberapa kebiasaan hidup seseorang, yaitu
mengikuti suatu susunan makanan yang sehat dan makan secara teratur, menjaga
berat badan, mengonsumsi obat resep dokter, dan olahraga secara teratur.
Tingginya jumlah
penderita diabetes mellitus menyebabkan perlunya mencari bahan pemanis
subtitusi yang rendah kalori. Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering
ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta
minuman dan makanan kesehatan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI
Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain zat lain
seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain-lain. Pemanis
alternatif umum digunakan sebagai pengganti gula jenis sukrosa, glukosa atau
fruktosa. Ketiga jenis gula tersebut merupakan
pemanis utama yang sering digunakan dalam berbagai industri.
BAB II. DIABETES
Diabetes mellitus
umumnya terjadi karena kekurangan hormon insulin. Diabetes mellitus terbagi
menjadi dua jenis, yaitu diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM
atau jenis I) dan diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM
atau jenis III)
Tanda-Tanda Diabetes Mellitus
- Rasa haus yang berlebihan.
- Buang air kecil yang berlebihan (dengan volume besar)
- Selalu merasa lelah/kekurangan energi
- Infeksi di kulit
- Penglihatan menjadi kabur (Buta Ayam)
- Turunnya berat badan (pada sebagian penderita)
- Hyperglaisimia (Peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah)
Kadar glukosa
darah yang tinggi secara terus menerus atau berkepanjangan, dapat menyebabkan
komplikasi dari diabetes sehingga menyebabkan masalah-masalah dalam beberapa
bagian anggota badan, seperti penyakit jantung, serangan otak yang biasanya
diikuti dengan kelumpuhan atau stroke,
dan penyakit lainnya.
Pada orang normal, gula di dalam darah akan
mencapai puncaknya 2 jam setelah makan, kemudian turun lagi bersamaan dengan
dilepasnya insulin. Pada penderita diabetes, insulin yang dihasilkan tidak
dapat bekerja dengan baik atau produksinya kurang. Akibatnya, bila mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung gula, maka gula di dalam darah tetap tinggi dan
mengakibatkan rusaknya kerja sel-sel darah putih dan dinding pembuluh darah.
Gula darah juga bisa dihasilkan oleh makanan jenis
karbohidrat. Nasi, kentang, buah, dicerna di usus oleh enzim menjadi molekul
yang lebih kecil yang disebut monosakarida. Ada 3 jenis monosakarida, yakni
glukosa, fruktosa, galaktosa. Karbohidrat sendiri digolongkan dalam 2 kelompok,
simpleks dan kompleks karbohidrat. Yang disebut simpleks adalah gula tebu atau
gula pasir, gula buah, dan gula susu. Gula-gula tersebut umumnya terdiri atas 2
molekul monosakarida saja. Ukuran molekulnya kecil sehingga sangat mudah
dicerna menjadi monosakarida tunggal.
Sedangkan karbohidrat kompleks merupakan ikatan
yang kompleks dari monosakarida. Jumlahnya bisa lebih dari 100 gugus monosakarida
yang jalin-menjalin, sehingga sulit dicerna menjadi molekul monosakarida
tunggal. Gula pasir cepat sekali menaikkan gula darah dibanding nasi atau
kentang. Selain itu seluruh molekul gula (100%) masuk ke dalam darah. Sedangkan
gula yang dihasilkan dari pencernaan nasi, tidak cepat meningkatkan gula darah
(perlu waktu mencerna) dan tidak 100% menjadi gula darah karena komponen nasi
selain karbohidrat juga ada serat. Itulah sebabnya gula pasir tidak dianjurkan
bagi penderita diabetes.
Meski tidak dianjurkan, bukan berarti gula pasir
tidak boleh dikonsumsi sama sekali. Dalam sehari, penderita diabetes boleh
mengonsumsi gula sebanyak 10% dari total kebutuhan kalorinya. Contoh, seorang
diabet memerlukan 1.700 kkal dalam sehari. Berarti ia boleh mengkonsumsi
maksimal 10% x 1700 = 170 kkal dari gula. Satu gram gula mengandung 4
kilokalori, maka ia dapat mengkonsumsi 170 kka: 4 kkal=42,5 g gula atau sekitar
3 sendok makan peres gula pasir.
Karbohidrat kompleks tidak bisa langsung diserap,
tapi dicerna lebih dulu sehingga kadar gula dalam tubuh naik pelan-pelan.
Karbohidrat kompleks ada dalam pati, serat, dan gula alkohol. Pati terdapat
dalam nasi, kentang, mi, roti, jagung, dan terutama tepung gandum (whole
wheat). Memang kadarnya tidak sama pada setiap jenis makanan. Misalnya nasi
merah lebih bagus daripada nasi putih.
BAB III. GULA JAGUNG
3.1. Pemanis
Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis
pemanis yaitu sintetis dan natural. Sedangkan berdasarkan fungsinya dibagi
dalam dua kategori yaitu bersifat nutritif dan non-nutritif. Pemanis sintetis
dihasilkan melalui proses kimia. Contoh dari pemanis ini antara lain taumatin,
alimat, siklamat, aspartam, dan sakarin. Pemanis natural dihasilkan dari proses
ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, contohnya
sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt.
Pemanis nutritif adalah pemanis yang dapat
menghasilkan kalori atau energi sebesar 4 kalori/gram. Sedangkan pemanis
non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cita
rasa produk-produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sama
sekali tidak ada. Pemanis jenis ini banyak membantu dalam manajemen mengatasi
kelebihan berat badan, kontrol glukosa darah, dan kesehatan gigi. Penggunaan
gula jagung sebagai pemanis merupakan salah satu contoh pemanis non-nutritif.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi
produksi bahan kimia dan teknologi pengolahan pangan atau produk farmasi dan
kesehatan, bahan pemanis alternatif natural mulai banyak digunakan. Hal ini
juga ditunjang oleh tren back to nature
dan adanya kesadaran konsumen untuk menggunakan produk yang aman dan bergizi.
Penggunaan pemanis natural juga dipacu oleh adanya data-data penelitian yang
menunjukkan efek samping dalam penggunaan pemanis sintetis, yaitu bersifat
karsinogenik.
Tujuan digunakan bahan pemanis alternatif antara
lain untuk: mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori
terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan,
mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama. Selain
itu, pemanis alternatif dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan untuk
penderita diabetes atau gula tinggi sebagai bahan substitusi gula reduksi
lainnya.
Tren saat ini menunjukkan adanya penggunaan
kombinasi dua jenis pemanis untuk produk tertentu. Kombinasi ternyata
menyebabkan sinergi pada tingkat kemanisan, sehingga menguntungkan karena akan
mengurangi pemakaian jumlah pemanis dan meningkatkan cita rasa produk.
Pemilihan penggunaan bahan pemanis alternatif yang baik biasanya didasarkan
pada sifat-sifatnya yang menyerupai sukrosa, yaitu tingkat kemanisan mendekati
sukrosa, tidak berwarna, tidak berbau, mempunyai cita rasa yang menyenangkan,
aman dikonsumsi, dan mudah larut.
Salah satu contoh dari kombinasi
tersebut adalah Gula jagung merupakan gula yang diekstraksi dari tanaman
jagung. Gula jagung ini dikatakan baik bagi penderita diabetes karena termasuk
kedalam jenis pemanis non-nutritif yang memiliki kadar kalori cukup rendah yang
sangat bagus untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah. Gula jagung ini
termasuk kedalam jenis gula dari pati-patian yang sering disebut juga sebagai High
Fructose Syrup (HFS). HFS yang berbentuk cair sangat
menguntungkan untuk penggunaan industri minuman. Tetapi sekarang HFS juga
banyak digunakan di industri beralkohol, makanan hewan, permen, soft drink,
makanan dan farmasi. Kandungan utama gula jagung adalah glukosa dan
fruktosa, kadar fruktosa antara 42% -90%.
3.2 Karakteristik Gula Jagung
HFS merupakan kelompok sirup jagung melalui proses enzimatis untuk
meningkatkan kandungan fruktosa. Gula jagung memiliki karakteristik warna
putih, manis seperti gula-gula lainnya. Selain itu, gula jagung kadar kalorinya
rendah dibandingkan dengan gula-gula lainnya. Berikut beberapa bentuk dari gula
jagung:
·
HFS 90 (banyak digunakan dalam
produk baking) yang rata-rata terdiri dari 90% fruktosa dan 10% glukosa
·
HFS 55 (banyak digunakan dalam
produk minuman ringan) yang rata-rata terdiri dari 55% fruktosa dan 45% glukosa
·
HFS 42 (banyak digunakan dalam
produk minuman olahraga) yang rata-rata terdiri dari 42% fruktosa dan 58%
glukosa
3.2 Pembuatan Gula Jagung
Pembuatan HFCS (High Fructose Corn Syrup) dapat dilakukan dengan
tersedianya substrat pati jagung dan enzim isomerase yang mampu merubah glukosa
menjadi fruktosa. Kini telah berkembang penggunaan “immobilized enzymes”, suatu
enzim yang dikurung dalam sejenis kapsul, sehingga substrat dan produknya saja
yang dapat masuk ke luar, sedang enzimnya tidak ke luar (immobilize) dari
kapsulnya. Dengan demikian penggunaannya dapat berulang-ulang, sampai mengalami
stadium “fatigue”. Salah satu produk HFCS (yang pertama diproduksi) mengandung
71% padatan terlarut, dengan susunan 42% fruktosa, 52% dekstrosa (glukosa) dan
6% gula-gula lain. Karena kandungan dektrosanya, suhu penyimpanan sebaiknya
dilakukan pada 80 – 90 oF, untuk mencegah terjadinya kristalisasi
glukosa.
Skema
produksi HFCS terlihat pada Gambar 1.
Pati
Likuifikasi
Sacharifikasi
Filtrasi
“ion
exchange”
Evaporasi
Isomerasi
Decolorisasi
Evaporasi
II
HFCS
Brix
42%
Fruktosa
Gambar 1. Skema produksi HFCS 42%
Berikut Tahapan Dalam
Pembuatan Gula Jagung
a. Likuifikasi
Kanji pati jagung (40 – 45%) dimasukkan ke dalam pompa dengan dicampur
enzim amilase dan kofaktor. pH diatur sampai sekitar 6.8 sebelum ditambah
dengan enzim. Dan kemudian dinjeksikan uap air panas sehingga mencapai suhu
reaksi enzim yaitu 104oC. Dengan tekanan uap, mampu sekaligus
mengocok sehingga mempercepat reaksi.
Penambahan enzim dilakukan dan produk dibiarkan pada suhu 93oC
selama 60 menit sehingga proses likuifikasi berlangsung lengkap. Pada tahap
tersebut seluruh pati telah dirubah sehingga mencapai dekstrose-eqivalen (DE)
sekitar 15 –20.
Untuk per ton pati diperlukan enzym liquifaction (amylase sebanyak 1.15
kg, enzim sakarifikasi 0.85 kg, enzim isomerase 0.70 kg, filter aw 5.54,
“active carbon” 6.00 kg. NaCI 10.9 kg dan HCI 56.20 kg). Untuk perhitungan
tahun 1983 biaya bahan tambah tersebut meliputi Rp. 80.000,- per ton HFCS.
b. Sakarifikasi
Campuran didinginkan sehingga mencapai 600C, suhu yang
optimal untuk proses sakarifikasi. Karena reaksinya eksoterm maka ada
kecenderungan proses menyebabkan bertambahnya suhu, karena itu harus diturunkan
dan dikendalikan. Pengendalian suhu sangat penting pada tahap sakarifikasi.
Produk akhir mencapai DE 95 – 98.
c. Refining sirup dekstrosa
Proses refining dimulai dengan proses filtrasi. Filtrasi dilakukan
secara vakum yang mampu menjaring protein, serat atau padatan lain dengan cara
sirup ampas dikeringkan untuk kemudian dibuat pellet untuk makanan ternak.
Sirup yang telah disaring tersebut dipompakan ke dalam kolom karbon
aktif dan ion exchange dalam bentuk seri untuk lebih memurnikan sirup. Kolom
karbon aktif biasanya terdiri dari dua buah kolom yang mampu menampung aliran
sirup dengan “retention time” 400 jam, yang diperlengkapi dengan alat
distributor yang menjamin distribusi sehomogen mungkin. Setelah melalui karbon
aktif, sirup tersebut dialirkan dalam tangki-tangki “ion exchange” dan kemudian
disaring lagi untuk memisahkan adanya karbon yang terikut dalam sirup. Fungsi
“ion-exchange” ialah untuk menghilangkan zat-zat mineral dalam sirup dan residu
protein atau zat-zat warna yang mungkin lolos dari kolom karbon aktif. Tahap berikutnya
adalah pengentalan kembali dengan dilakukan evaporator.
d. Isomerisasi
Glukosa dan fruktosa adalah merupakan isomer satu dengan yang lainnya,
artinya memilih berat molekul dan susunan atom yang sama tetapi dengan struktur
konfigurasi yang berbeda. Glukosa dapat dirubah strukturnya menjadi fruktosa
atau sebaliknya, fruktosa dapat dirubah menjadi glukosa dengan pertolongan
enzim yang sama yaitu glukosa-isomerase. Proses perubahan tersebut disebut
“enzymatic glucose-isomerization”. Karena enzim tersebut “reversible” artinya
dapat mengkatalis ke aksi bolak-balik maka produk akhir selalu merupakan
campuran dari biak glukosa maupun fruktosa. Relatif komposisi campuran dari
kedua jenis gula tersebut dapat bervariasi tergantung kondisi reaksi, suhu dan
keasaman dimana proses isomerasi berlangsung. High Fructose yang diproduksi
mengandung fruktosa 42%, 50% glukosa dan 8% oligomerasi (gula lain).
Sirup kental dengan kadar padatan 45% dimasukkan ke dalam isomerasi
selama 15 menit untuk mengatur pH 8.0 dan penambahan Mg sulfat sebagai promts, sirup dipompakan ke dalam
kolom-kolom isomerasi. Sebelum proses dimulai, suhu kasar dan suhu tepat (60OC)
diatur secara cermat, dilakukan di aerasi dalam kolom sehingga mencapai kevakuman
254 mm Hg dan enzim gluko-isomerasenya telah pula disiapkan. Adanya oksigen
terlarut dapat memblokir reaksi isomerasi.
Dalam industri yang berskala besar proses isomerasi dilakukan pada
sembilan kolom reaktor (fixed bed, densiflow)
dan beberapa “immobilized enzym” kolom reaktor. Enzim dalam kolom secara cepat
berubah secara isomerisasi, glukosa menjadi fruktosa. Kadar sirup glukosa harus
diatur selalu tetap yaitu antara 42.5 – 43 persen agar “flowrate”nya konstan.
e. Refining HFS
“High Fructose Syrup” yang diperoleh kemudian ditampung dalam tangki
penampung dan kemudian dialirkan ke dalam filter, karbon aktif dan
“ion-exchange” kolom seperti yang digunakan dalam proses pemurnian sirup
glukosa. Karbon aktif mengambil senyawa berwarna yang terjadi selama proses
isomerasi dan “ion-exchange” mengambil garam anorganik yang digunakan dalam
proses isomerasi sehingga kadar abu dapat ditekan menjadi serendah mungkin.
Sirup HFS yang diperoleh disaring lagi, dipanaskan pada suhu di bawah diskolom
HFS untuk meningkatkan kekentalan sirup sehingga mencapai kadar padatan
terlarut 71 persen, disaring lagi baru ditampung ke dalam tangki-tangki
penyimpanan.
BAB III. MANFAAT Gula Jagung
Gula Jagung memiliki manfaat yang
cukup banyak yaitu :
1. Pemanis rendah kalori bagi penderita
diabetes
Gula putih dan
gula merah merupakan karbohidrat sederhana yang sangat mudah diserap oleh
tubuh. Dalam jumlah yang besar atau berlebihan karbohidrat sederhana
menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah dengan cepat. Gula jagung
merupakan pemanis non-nutritif yang memiliki kadar kalori cukup rendah yang
sangat bagus untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah.
2. Pemanis rendah kalori untuk makanan diet
Rendahnya kadar kalori gula jagung menyebabkan
gula jagung banyak digunakan sebagai pemanis substitusi. Gula jagung juga dapat
digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cita rasa produk-produk tertentu,
tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sama sekali tidak ada. Pemanis
jenis ini banyak membantu dalam mengatasi kelebihan berat badan.
3. Meningkatkan cita rasa dan aroma
Dengan citarasa dan aroma yang bersih maka tidak
akan membuat citarasa yang menyimpang apabila digunakan dalam jumlah yang
sesuai
4. Tingkat kemanisan yang lebih tinggi dari
sukrosa
Gula jagung merupakan kombinasi dua
jenis pemanis yaitu fruktosa dan glukosa yang saling bersiergi sehingga
mempunyai tingkat kemanisan yang lebih tinggi.
5. Memperbaiki sifat-sifat fisik
6. Memperbaiki sifat-sifat kimia
7. Sebagai pengawet
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan
dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian
dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan
aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang.
Ada
kepercayaan bahwa pemanis berkalori adalah sumber dari berbagai penyakit kronik
seperti kegemukan, penyakit gula, penyakit jantung, karies gigi bahkan gangguan
tingkah laku. Sesungguhnya kepercayaan tersebut tidak sepenuhnya benar. Dalam
jumlah tertentu kita sangat membutuhkan pemanis berkalori. Pemanis berkalori
memang bisa menimbulkan masalah bila dikonsumsi secara berlebihan, tapi hal ini
pun tentu berlaku untuk unsur-unsur nutrisi lain. Keseimbangan adalah faktor terpenting untuk
diperhatikan.
Tabel 1. Tingkat kemanisan beberapa gula terhadap sukrosa
Gula
|
Tingkat kemanisan
|
Gula
|
Tingkat kemanisan
|
Sukrosa
|
100
|
D-Mannitol
|
69
|
Galactitol
|
41
|
D-Mannosa
|
59
|
D-Fruktosa
|
114
|
Raffinosa
|
22
|
D-Galaktosa
|
63
|
D-Rhamnosa
|
33
|
D-Glukosa
|
69
|
D-Sorbitol
|
51
|
Gula
invert
|
95
|
Xylitol
|
102
|
Laktosa
|
39
|
D-Xylose
|
67
|
Maltosa
|
46
|
|
|
Keterangan : 10 % larutan
Sumber:
pangan plus.com
BAB IV.
KESIMPULAN
§ Gula jagung merupakan gula yang
diekstraksi dari tanaman jagung dan termasuk jenis pemanis non-nutritif karena
memiliki kandungan kalori yang rendah.
§ Pemanis dari gula jagung berguna untuk
perencanaan konsumsi makanan diet bagi penderita diabetes.
§ Tahapan pembuatan gula jagung adalah
Likuifikasi, Sacharifikasi, Refining sirup dekstrosa, Isomerisasi dan Refining
HFS.
§ Gula jagung memiliki beberapa manfaat,
diantaranya pemanis rendah kalori bagi penderita diabetes, pemanis rendar kalori
untuk makanan diet, meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat
fisik dan kimia dan berfungsi sebagai pengawet.
DAFTAR PUTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Astuti, M.P. 2007. Diabetes VS Konsumsi Gula. Available at : http://www.tabloid-nakita.com
(diakses 12Mei 2007)
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan
Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Anonim.2007. Tingkat Kemanisan. Avalaible at: http://panganplus.com.
(diakses 12Mei 2007)
Anonim. 2007 Beberapa Bahan Pemanis Alternatif yang Aman. Avalaible at: http://kompasCyberMedia.com. (diakses 12Mei 2007)
0 komentar:
Posting Komentar