SELARAS PERKATAAN DAN PERBUATAN
Sufyan Al-Tsauri berkata, “Allah tidak akan menaburkan rahmat-Nya kepada seseorang yang hatinya di penuhi kotoran, walaupun sikapnya baik dan penampilannya memikat banyak orang. Membersihkan hati harus lebih sering dilakukan daripada membersihkan badan dan wajahmu. Janganlah amaliah lahirmu tampak cemerlang, sementara amaliah batinmu tampak gelap. Janganlah penampilan lahirmu merepotkan dirimu, sementara engkau tidak pernah bersolek untuk penampilan batinmu.”
Ibn Al-Mubarak berkata, “Lahir dan batinmu harus sejalan, jika tidak sejalan, engkau akan terus tertekan. Engkau akan kepayahan untuk menutupi kekurangan dirimu. Hiduplah engkau secara apa adanya. Jujurlah engkau kepada dirimu, engkau akan bebas dan ringan melangkah. Engkau tidak akan dihadapi rasa was-was dan khawatir terhadap kekurangan dirimu. Ketahuilah, engkau tidak akan meraih kehormatan dengan kedustaan. Kehormatan dpat diraih dengan kejujuran. Serasikan penampilan lahirmu dengan penampilan batinmu.”
“ketakselarasan amal lahir dan amal bathin bagaikan jamban yang indah dan mewah tetapi di dalamnya penuh dengan kotoran”. (Maimun Bin Mahran). Rasulullah saw bersabda, setiap perbuatan umatku telah diperlihatkan kepdaku, yang baik maupun yang buruk. Di antara berbagai perbuatan yang baik, adalah menyingkirkan hal-hal kecil di jalanan yang membahayakan orang. Di antara berbagai perbuatan yang buruk adalah berdahak di dalam masjid kemudian dahak itu tidak ditutup dengan tangannya. Rasulullah saw bersabda, setiap sendi manusia wajib dikeluarkan sedekah setiap hari, dimulai saat matahari terbit, mendamaikan dua orang, menolong seseorang yang ingin naik kendaraannya, mengangkatnya ke atas kendaraan atau mengangkat barang bawaannya adalah sedekah. Perkataan yang baik adalah sedekah, langkah kaki yang digunakan untuk mengerjakan salat adalah sedekah, menyingkirkan benda berbahaya di jalan adalah sedekah.
Seorang sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, yang bagaimanakah orang yang baik itu?” Nabi Saw menjawab, “Yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya.” Dia bertanya lagi, “Dan yang bagaimana orang yang paling buruk (jahat)?” Nabi Saw menjawab, “Adalah orang yang panjang usianya dan jelek amal perbuatannya.” (HR. Athabrani dan Abu Na’im)
Mereka mengutamakan (orang lain) daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. (QS. Al-Hasyr:9). Mengutamakan orang lain dicontohkan oleh para sufi , mereka rela melaparkan diri, asalkan orang lain terpenuhi kebutuhannya. Bahkan, ada diantara mereka yang rela mengorbankan harta dan jiwanya demi keselamatan orang banyak. Hal ini mereka lakukan sebagai tanda ketundukan kepada Allah yang memerintahkan mereka untuk membantu orang lain.
Pada umunya, mengutamakan orang lain berkait dengan harta. Harta yang paling baik untuk membantu orang lain adalah harta yang sedang dibutuhkan oleh pemiliknya tetapi sangat dibutuhkan orang lain, sehingga pemiliknya sangat berat untuk mengeluarkannya. Sebagai teladan manusia, Nabi Muhammad saw selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadinya. Rasulullah saw bersabda, pertemukan aku dengan seseorang yang lemah, karena kalian akan ditolong dan diberi rezeki melalui orang-orang yang lemah di antara kalian. Dari Abu Hurairah, berkata Rasulullah saw: “Barangsiapa mengajak kepada kebaikan, maka dia mendapat pahala yang sama seperti pengikutnya tanpa mengurangi pahala pelakunya. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kejahatan, maka dia mendapat dosa yang sama seperti pelakunya tanpa mengurangi dosa pelakunya”. (HR Muslim). Dari Anas, sesungguhnya seseorang berkata kepada Nabi saw: “Nasehatilah saya”. Berkata Rasulullah saw: “Kerjakanlah perintah dengan perencanaan, sehingga kamu melihat kebaikan di dalamnya, dan jika kamu tersesat maka peganglah perintah tersebut”. (HR. Penjelasan Sunnah).
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Dzar ra, berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, perbuatan apa yang paling ujtama ?” Beliau bersabda, “Iman kepada Allah swt dan berjihad dijalan-Nya.” Aku bertanya lagi, “Budaj apa yang paling utama (untuk dibebaskan)?” Beliau bersabda, “Yang paling berharga dimata pemiliknya dan yang paling mahalharganya.” Aku berkata, “jika aku tidak bekerja? “Beliau bersabda, “Engkau bias membantu orang yang bekerja atau bekerja untuk orang yang tidak mampu bekerja.” Aku bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika atau tidak mampu melakukan perbuatan yang bermanfaat?” Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah engkau menahan kejahatanmu terhadap orang lain, karena hal itu merupakan sededkah darimu kepada dirimu.”
Al-Maqrizi berkata, “Sebagian orang berpendapat bahwa ibadah yang paling utama adalah ibadah yang manfaatnya bias dirasakan oleh orang lain. Ia lebih utama daripada ibadah yang manfaatnya terbatas untuk pelakunya. Mereka berpendapat bahwa membantu orang fakir atau sibuk dalam membantu orang lain adalah perbuatan utama, berdasarkan sabda Rasulullah saw “Semua makhluk itu keluarga Allah, dan yang paling dicintai Allah ialah yang paling bermanfaat bagi keluarganya. Mereka berkata: Perbuatan ahli ibadah hanya untuk diri mereka sendiri, dan perbuatan orang yang bermanfaat bias membantu orang lain, maka ia lebih utama daripada yang manfaatnya terbatas.
Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari Abu Darda ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Maukah kalian aku beritahu akan amalan yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat, dan sedekah?” Mereka berkata, “Tentu.” Beliau bersabda, “Memperbaiki hubungan antara manusia, dan bahwasanya rusaknya hubungan anatara manusia adalah kebinasaan.” Maksud dari kebinasaan disini ialah dengan putusnya hubungan anatara manusia akan putus silahturahim, akan menzalimi orang-orang yang mulia, berbuat bodoh, saling mengklaim, saling menipu, dan perbuatan-perbuatan dosa yang lainnya.
Jabir bin Abdillah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan yang paling jauh majelisnya dari aku pada hari kiamat adalah tsartsarun (orang yang banyak omong), mutasyaddiqun (yang membual dan bicara seenaknya), dan mutafayhiqun!” Para sahabat menukas, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui siapa itu tsartsarin dan mutasyaddiqin, tetapi tentang mutafayhiqun, kami tidak mengetahuinya. Siapakah mereka?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka adalah orang yang sombong (angkuh).” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Abu Nu’aim). Seseorang yang banyak berbicara dengan di buat-buat dan keluar dari kebenaran sangatlah dibenci oleh semua orang dan tidak disenangi oleh setiap jiwa, karena ucapan mereka biasanya berupa pembicaraan atau ucapan yang sia-sia dan yang mereka tambah-tambah atau dibuat-buat. Kita harus mengingat ayat yang berbunyi ini “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf:18) “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu).” (Al-Infithar:10-11).
Lidah adalah tiang penopang badan, jika ia lurus maka akan luruslah seluruh anggota badan dan sebaliknya bilamana ia bengkok atau miring maka bengkok pula anggota badannya. Lidah merupakan pengendali dan penguasa badan, jika ia selingguh dan berbuat jahat kepada anggota badan dengan suatu kejahatan atau keselingkuhan, maka anggota badanpun ikut melakukannya. Manakala ia berhati-hati dan menjauhkan diri dari ucapan kotor, menyakitkan, dan kata-kata tajam, anggota badan pun akan berhati-hati.
Sufyan Al-Tsauri berkata, “Allah tidak akan menaburkan rahmat-Nya kepada seseorang yang hatinya di penuhi kotoran, walaupun sikapnya baik dan penampilannya memikat banyak orang. Membersihkan hati harus lebih sering dilakukan daripada membersihkan badan dan wajahmu. Janganlah amaliah lahirmu tampak cemerlang, sementara amaliah batinmu tampak gelap. Janganlah penampilan lahirmu merepotkan dirimu, sementara engkau tidak pernah bersolek untuk penampilan batinmu.”
Ibn Al-Mubarak berkata, “Lahir dan batinmu harus sejalan, jika tidak sejalan, engkau akan terus tertekan. Engkau akan kepayahan untuk menutupi kekurangan dirimu. Hiduplah engkau secara apa adanya. Jujurlah engkau kepada dirimu, engkau akan bebas dan ringan melangkah. Engkau tidak akan dihadapi rasa was-was dan khawatir terhadap kekurangan dirimu. Ketahuilah, engkau tidak akan meraih kehormatan dengan kedustaan. Kehormatan dpat diraih dengan kejujuran. Serasikan penampilan lahirmu dengan penampilan batinmu.”
“ketakselarasan amal lahir dan amal bathin bagaikan jamban yang indah dan mewah tetapi di dalamnya penuh dengan kotoran”. (Maimun Bin Mahran). Rasulullah saw bersabda, setiap perbuatan umatku telah diperlihatkan kepdaku, yang baik maupun yang buruk. Di antara berbagai perbuatan yang baik, adalah menyingkirkan hal-hal kecil di jalanan yang membahayakan orang. Di antara berbagai perbuatan yang buruk adalah berdahak di dalam masjid kemudian dahak itu tidak ditutup dengan tangannya. Rasulullah saw bersabda, setiap sendi manusia wajib dikeluarkan sedekah setiap hari, dimulai saat matahari terbit, mendamaikan dua orang, menolong seseorang yang ingin naik kendaraannya, mengangkatnya ke atas kendaraan atau mengangkat barang bawaannya adalah sedekah. Perkataan yang baik adalah sedekah, langkah kaki yang digunakan untuk mengerjakan salat adalah sedekah, menyingkirkan benda berbahaya di jalan adalah sedekah.
Seorang sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, yang bagaimanakah orang yang baik itu?” Nabi Saw menjawab, “Yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya.” Dia bertanya lagi, “Dan yang bagaimana orang yang paling buruk (jahat)?” Nabi Saw menjawab, “Adalah orang yang panjang usianya dan jelek amal perbuatannya.” (HR. Athabrani dan Abu Na’im)
Mereka mengutamakan (orang lain) daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. (QS. Al-Hasyr:9). Mengutamakan orang lain dicontohkan oleh para sufi , mereka rela melaparkan diri, asalkan orang lain terpenuhi kebutuhannya. Bahkan, ada diantara mereka yang rela mengorbankan harta dan jiwanya demi keselamatan orang banyak. Hal ini mereka lakukan sebagai tanda ketundukan kepada Allah yang memerintahkan mereka untuk membantu orang lain.
Pada umunya, mengutamakan orang lain berkait dengan harta. Harta yang paling baik untuk membantu orang lain adalah harta yang sedang dibutuhkan oleh pemiliknya tetapi sangat dibutuhkan orang lain, sehingga pemiliknya sangat berat untuk mengeluarkannya. Sebagai teladan manusia, Nabi Muhammad saw selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadinya. Rasulullah saw bersabda, pertemukan aku dengan seseorang yang lemah, karena kalian akan ditolong dan diberi rezeki melalui orang-orang yang lemah di antara kalian. Dari Abu Hurairah, berkata Rasulullah saw: “Barangsiapa mengajak kepada kebaikan, maka dia mendapat pahala yang sama seperti pengikutnya tanpa mengurangi pahala pelakunya. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kejahatan, maka dia mendapat dosa yang sama seperti pelakunya tanpa mengurangi dosa pelakunya”. (HR Muslim). Dari Anas, sesungguhnya seseorang berkata kepada Nabi saw: “Nasehatilah saya”. Berkata Rasulullah saw: “Kerjakanlah perintah dengan perencanaan, sehingga kamu melihat kebaikan di dalamnya, dan jika kamu tersesat maka peganglah perintah tersebut”. (HR. Penjelasan Sunnah).
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Dzar ra, berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, perbuatan apa yang paling ujtama ?” Beliau bersabda, “Iman kepada Allah swt dan berjihad dijalan-Nya.” Aku bertanya lagi, “Budaj apa yang paling utama (untuk dibebaskan)?” Beliau bersabda, “Yang paling berharga dimata pemiliknya dan yang paling mahalharganya.” Aku berkata, “jika aku tidak bekerja? “Beliau bersabda, “Engkau bias membantu orang yang bekerja atau bekerja untuk orang yang tidak mampu bekerja.” Aku bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika atau tidak mampu melakukan perbuatan yang bermanfaat?” Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah engkau menahan kejahatanmu terhadap orang lain, karena hal itu merupakan sededkah darimu kepada dirimu.”
Al-Maqrizi berkata, “Sebagian orang berpendapat bahwa ibadah yang paling utama adalah ibadah yang manfaatnya bias dirasakan oleh orang lain. Ia lebih utama daripada ibadah yang manfaatnya terbatas untuk pelakunya. Mereka berpendapat bahwa membantu orang fakir atau sibuk dalam membantu orang lain adalah perbuatan utama, berdasarkan sabda Rasulullah saw “Semua makhluk itu keluarga Allah, dan yang paling dicintai Allah ialah yang paling bermanfaat bagi keluarganya. Mereka berkata: Perbuatan ahli ibadah hanya untuk diri mereka sendiri, dan perbuatan orang yang bermanfaat bias membantu orang lain, maka ia lebih utama daripada yang manfaatnya terbatas.
Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari Abu Darda ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Maukah kalian aku beritahu akan amalan yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat, dan sedekah?” Mereka berkata, “Tentu.” Beliau bersabda, “Memperbaiki hubungan antara manusia, dan bahwasanya rusaknya hubungan anatara manusia adalah kebinasaan.” Maksud dari kebinasaan disini ialah dengan putusnya hubungan anatara manusia akan putus silahturahim, akan menzalimi orang-orang yang mulia, berbuat bodoh, saling mengklaim, saling menipu, dan perbuatan-perbuatan dosa yang lainnya.
Jabir bin Abdillah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan yang paling jauh majelisnya dari aku pada hari kiamat adalah tsartsarun (orang yang banyak omong), mutasyaddiqun (yang membual dan bicara seenaknya), dan mutafayhiqun!” Para sahabat menukas, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui siapa itu tsartsarin dan mutasyaddiqin, tetapi tentang mutafayhiqun, kami tidak mengetahuinya. Siapakah mereka?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka adalah orang yang sombong (angkuh).” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Abu Nu’aim). Seseorang yang banyak berbicara dengan di buat-buat dan keluar dari kebenaran sangatlah dibenci oleh semua orang dan tidak disenangi oleh setiap jiwa, karena ucapan mereka biasanya berupa pembicaraan atau ucapan yang sia-sia dan yang mereka tambah-tambah atau dibuat-buat. Kita harus mengingat ayat yang berbunyi ini “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf:18) “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu).” (Al-Infithar:10-11).
Lidah adalah tiang penopang badan, jika ia lurus maka akan luruslah seluruh anggota badan dan sebaliknya bilamana ia bengkok atau miring maka bengkok pula anggota badannya. Lidah merupakan pengendali dan penguasa badan, jika ia selingguh dan berbuat jahat kepada anggota badan dengan suatu kejahatan atau keselingkuhan, maka anggota badanpun ikut melakukannya. Manakala ia berhati-hati dan menjauhkan diri dari ucapan kotor, menyakitkan, dan kata-kata tajam, anggota badan pun akan berhati-hati.










0 komentar:
Posting Komentar