V. PEMBAHASAN
Kromatografi
pada awalnya dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan–cairan. Serat
selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah
disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya
dapat mengandung air dengan persentase tinggi, katakan 20 % (bobot/bobot) akan
lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi
dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom yang berisi
stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat campur
dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah larutan itu
sendiri (Day & Underwood, 1980).
Kromatografi kertas diperkenalkan oleh Martin dkk pada tahun 1944 sebagai
suatu teknik pemisahan campuran asam amino dengan menggunakan selembar kertas
saring sebagai pendukung fasa diam, dan fasa bergerak berupa cairan yang
terserap diantara struktur pori kertas. Keterbatasan metode ini adalah waktu
yang relatif lama dan resolusinya yang rendah. Praktikum kali ini dilakukan
percobaan dengan kromatografi kertas yang menggunakan sampel kunyit, rosella,
pewarna tekstil dan daus tomat. Pelarut yang digunakan adalah akuades. Pelarut
dimasukkan ke dalam chamber, tinggi pelarut yang dimasukkan tidak boleh
melebihi tinggi batas bawah kertas. Dimana batas atas 0,5 cm dan batas bawah 2
cm pada kertas saring tersebut untuk mempermudah pengukuran jarak.
Penotolan pada kertas saring yang digunakan adalah kertas saring Whatman
karena mempunyai pori-pori yang besar sehingga noda dapat merembes dengan cepat
dan teratur. Garis awal pada kertas dengan menggunakan pensil karena pensil
terbuat dari grafit yang tidak larut dalam pelarut sedangkan jika digunakan
pulpen maka dari tinta pulpen akan larut yang dapat mengganggu penampakan noda.
Penotolan diusahakan tidak terlalu banyak karena akan mempengaruhi besar spot.
Spot yang terlalu besar tidak baik untuk penampakkan noda karena nodanya dapat
melebar kesamping atau ke bawah.
Saat
penotolan sampel, penotolan dilakukan 3-5 kali di tempat yang sama, dan
dilakukan 2 kali menggunakan mikro pipet. Setelah bercak kering, kertas saring
dimasukkan ke dalam chamber dan dibiarkan sampai pelarut naik. Totolan diusahakan
tidak terendam dalam oleh pelarut karena akan ikut larut dalam pelarut dan
menjadi rusak sehingga tidak dapat diedentifikasi lagi. Kertas juga sebaiknya
tidak menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan noda.
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat
untuk mengalirnya fasa gerak. Pemisahan dimungkinkan karena partisi yang
kontinyu dari zat-zat antara fase air dan fase bergerak organik. Kesetimbangan
partisi antara fasa mobil (pelarut organik) dan fasa diam (air yang terikat
pada pori kertas saring) untuk tiap asam amino tergantung dari macam gugus
R-nya. Hal ini sesuai dengan literature, dimana komponen-komponen terdistribusi
dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase
bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada
permukaan partikel-partikel atau terserap. Apabila senyawa berwarna, tentu saja
noda-nodanya dapat terlihat (Day & Underwood, 1990).
Gambar 1. Chamber
(dokumentasi pribadi )
(dokumentasi pribadi )
Selain
itu hal ini dapat mengakibatkan terpisahnya campuran asam amino menjadi
komponen-komponennya dengan menghitung harga Rf tiap-tiap asam amino tersebut.
Menurut literatur (Khopkar, 1990), harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona
realtif terhadap garis depan pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan
dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Pengukuran itu dilakukan dengan
mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis
depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada
descending maupun ascending. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan (Jarak
(cm)dari garis awal ke pusat zona)/(Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan
pelarut ). Nilai Rf menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam
amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan
membandingkan dengan noda-noda standar.
Selanjutnya
wadah/ chamber ditutup dengan tujuan untuk menjenuhkan udara didalamnya
menggunakan uap pelarut karena dengan penjenuhan tersebut dapat menghentikan
penguapan pelarut. Komponen cuplikan akan terbawa oleh rembesan cuplikan dan
kertas dikeluarkan dari wadah setelah pelarut hampir mencapai puncak lembaran
kertas.
Berdasarkan
hasil pengamatan dilihat bahwa sampel kunyit dan saos tomat memiliki nilai Rf =
0 (nol), sedangkan rosella memiliki nilai Rf pada kelompok 1, 3, 5, 7, 9
berturut-turut adalah 0,094, 0,4, 0,745, 0,849 dan 0,03. Untuk sampel pewarna
tekstil pada kelompok 2, 4, 6, 8, 10 berturut-turut adalah 0,725, 0,745, 0,451,
0,615 dan 0,49. Tampak dari percobaan pada sampel kunyit dimana noda warna
tidak berpindah, hal ini disebabkan karena senyawa di dalam dalam kunyit
(karoten) merupakan senyawa larut lemak. Sehingga tidak bereaksi/ noda warna
tidak berpindah saat menggunakan pelarut akuades. Sedangkan sampel rosella
memiliki kandungan senyawa yang larut air sehingga terjadi perpindahan noda
warna. Begitu juga pada sampel pewarna tekstil dan saos tomat, dimana perpindahan
noda warna atau kenaiakan noda warna dipengaruhi oleh senyawa yang terkandung
dalam sampel.
KESIMPULAN
·
Kromatografi kertas merupakan kromatografi
dengan menggunakan kertas penyaring sebagai penunjang fase diam dan fase
bergerak, berupa cairan yang terserap di antara struktur pori kertas.
·
Akuades digunakan sebagai pelarut dalam
praktikum kromatografi kertas.
·
Harga Rf pada sampel rosella dan pewarna tekstil
lebih besar dibanding nilai Rf pada sampel kunyit dan saus tomat, dimana kunyit
dan saus tomat memiliki nilai Rf sebesar nol.
·
Perpindahan noda warna atau kenaiakan noda warna
dipengaruhi oleh senyawa yang terkandung dalam sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Day & Underwood (1980). Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Erlangga : Jakarta.
Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia :
Jakarta.
Sudarmadji, Slamet (1989). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty :
Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar