V.
PEMBAHASAN
Vitamin adalah
senyawa organik kompleks organik kompleks yang essensial untuk pertumbuhan dan
fungsi biologis yang lain bagi mahluk hidup. Vitamin memiliki sifat fisis
maupun kimiawi yang spesifik maka cara analisisnya pun spesifik. Ada beberapa
cara analisa vitamin yaitu cara kimiawi, cara biologis, maupun cara
mikrobiologis.
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk
kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama
kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat (asam
L-askorbat). Vitamin C termasuk
golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan
logam, oleh karena itu penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering
dijumpai. Vitamin C sedikit larut
dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar
larut dalam khloroform, ether, dan benzen. Sumber vitamin C sebagian besar
berasal dari sayuran dan buah-buahan terutama buah-buahan segar. Vitamin ini
mempunyai berat molekul 178 dengan rumus C6H8O6.
Dalam bentuk kristal tidak berwarna, dan titik cairnya 190-192˚C.
(sumber : wikipedia.org)
Praktikum kali ini menggunakan metode
iodometri. Iodometri adalah analisa
titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator
seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkan membentuk iodin.
Sampel
yang digunakan dalam metode pengamatan ini adalah buah-buahan,
seperti jambu merah, cabe hijau, tomat, anggur, dan jeruk.
Oksidator + KI → I2
+ 2e
I2 + Na2S2O3
→ NaI + Na2S4O6
Titrasi
dengan iodometri, merupakan cara analisa kimiawi. Analisa vitamin secara kimiawi,
atau fisiko kimia didasarkan pada sifat vitamin baik sifat fisis maupun
kimiawi. Cara kimiawi ini hanya sekedar menentukan jumlah (kuantitas) saja,
namun lebih cepat dibandingkan cara biologis. Analisa cara biologis mempunyai
kelebihan yaitu dapat langsung diketahui peranan vitamin tersebut dalam zat
hidup, serta secara kuantitatif dapat diketahui jumlahnya. Analisa vitamin cara
mikrobiologis menggunakan bakteri, yeast, ataupun jamur. Cara ini lebih murah
dibandingkan teknik bioassay, namun harus ditemukan jenis mikrobia yang
spesifik dengan tiap jenis makanan dan bahan yang akan dianalisa harus
dimurnikan terlebih dahulu.
Perbandingan
teknik analisa dari ketiga metode analisa, maka cara analisa yang paling baik
digunakan terlihat dari segi biaya dan waktu adalah biologis, karena hasil yang
didapat lebih akurat walaupun waktu yang diperlukan lebih lama dari waktu
analisan cara kimiawi.
Persiapan awal yang dilakukan dalam praktikum yaitu
menyiapkan sampel yang telah dihaluskan sebanyak 10-30 gram, lalu masukkan
sampel dalam labu ukur berukuran 100
ml tambahkan aquades/ asam asetat 5%
hingga tanda tera lalu dikocok hingga homogen. Cairan tersebut disaring dengan kertas
whattman (kertas saring). Sebanyak
5-25 ml filtrat di pipet dan
dipindahkan dalam Erlenmeyer, lalu dilakukan penambahan 2 ml amilum 1%, kemudian ditambah 20 ml akuades, setelah
itu dilakukan pentitrasian dengan larutan I2 0,01 N. Proses titrasi
harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang
mudah menguap.
Penggunaan indikator amilum 1% untuk memperjelas perubahan warna larutan yang
terjadi pada saat titik akhir titrasi, karena pertemuan antara amilum dengan
larutan I2 akan menghasilkan warna biru. Sensitivitas warnanya
tergantung pada pelarut yang digunakan.
Terlihat dari
gambar struktur asam askorbat bahwa terdapat gugus HO bawah (enandiol), gugus
ini nantinya akan hilang dan digantikan oleh I2 pada proses pentitrasian. Vitamin C dalam titrasi
dengan iodine akan membentuk ikatan pada atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan
rangkap hilang. Reaksinya adalah sebagai berikut:
O = C
O = C ─ OH
│
│
HO ─ C
HO ─ C ─ I
│ O
│
HO ─ C HO ─ C ─ I
│
│
H ─ C + I2 H ─ C ─ OH
│
│
HO ─ C ─ H HO ─ C
─ H
│
│
CH2OH
CH2OH
Asam L-askorbat
Selanjutnya
volume iod yang terpakai dapat dibaca sehingga kadar vitamin C dalam bahan
dapat dihitung. Perhitungan kadar vitamin C dengan standarisasi larutan iodin
yaitu tiap 1 ml 0,01 N iodin ekuivalen dengan 0,88 mg asam askorbat.
Kelompok
|
Sampel
|
Berat (g)
|
Vtitrasi
(ml)
|
Kadar vit
C
(mg
vit/100 g bahan)
|
Rata-rata
|
1
|
Jambu
merah
|
10,0094
|
2,4
|
207,89
|
205,105
|
6
|
10,0040
|
2,3
|
202,32
|
||
2
|
Cabe
hijau
|
10,3284
|
0,5
|
42,60
|
38,695
|
8
|
10,1190
|
0,4
|
34,78
|
||
4
|
Tomat
|
10,0490
|
0,3
|
26,27
|
30,67
|
9
|
10,0350
|
0,4
|
35,07
|
||
10
|
Anggur
|
10,1997
|
0,3
|
26,26
|
39,015
|
7
|
10,0529
|
0,6
|
51,77
|
||
3
|
Jeruk
|
10,0416
|
0,4
|
35,054
|
39,522
|
5
|
10,0010
|
0,5
|
43,99
|
(Tabel 1)
Blanko = 0,2 ml
kadar
vit. C =
Kandungan
kadar vitamin C dari
hasil perhitungan pada sampel dapat dilihat pada tabel 1. Hasil yang
didapatkan dari perhitungan tertinggi kadar vitamin C terdapat pada buah jambu merah dengan nilai sebanyak 207,89 (mg vit C/ 100 gram bahan) pada kelompok 1 dan
202,32 (mg vit C/ 100 gram bahan) pada kelompok 6.
Hasil perhitungan terendah
terdapat pada sampel tomat 26,26 (mg vit C/ 100 gram bahan) pada kelompok 4 dan
35,07 (mg vit C/ 100 gram bahan) pada
kelompok 9.
KESIMPULAN
· Penentuan kadar vitamin C menggunakan metode iodimetri
dengan sampel
buah-buahan, seperti jambu merah, cabe hijau, tomat, anggur, dan jeruk.
· Titrasi vitamin C dengan
iod akan membentuk ikatan pada atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap
hilang, terlihat bahwa
terdapat gugus HO bawah (enandiol), gugus ini nantinya akan hilang dan
digantikan oleh I2 pada proses pentitrasian.
· Titik
akhir titrasi adalah saat terbentuk warna biru dari iod-amilum.
· Tiap
1 ml 0,01 N iodin ekuivalen dengan 0,88 mg asam askorbat.
· Kandungan kadar vitamin
C tertinggi terdapat pada buah jambu merah dengan nilai sebanyak 207,89 (mg vit C/ 100 gram bahan) pada kelompok 1 dan
202,32 (mg vit C/ 100 gram bahan) pada kelompok 6.
· Kandungan kadar vitamin
C terendah terdapat pada sampel tomat 26,26 (mg vit C/
100 gram bahan) pada kelompok 4 dan 35,07 (mg vit C/ 100 gram bahan) pada kelompok 9.
DAFTAR
PUSTAKA
Annisanfushie. 2009. Iodometri dan Iodimetri. Diakses dari http://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/iodometri-dan-iodimetri/
pada 2 Mei 2012.
Anonim. 2010. Asam Askorbat. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_askorbat
pada 2 Mei 2012.
Dinda. 2008. Iodometri dan Iodimetri. Diakses dari http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/iodometri-dan-iodimetri.html pada 2 Mei 2012.
Sudarmadji, S., dkk. 2007. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1982. Kimia Pangan dan
Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar