Bismillah....

"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)." (QS. AN NAML:62)

Minggu, 08 Juli 2012

MAKALAH KIMIA PANGAN
PIGMEN
“Potensi Daun Katuk Sebagai Sumber Zat Pewarna Alami dan Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk Dengan Menggunakan Binder Maltodekstrin”


Kelompok 8 :

Pebrin Manurung                 240210090132
Fitriyana Billah                     242021090133
Fina Muftia                            240210090134
Ika Oktaviani                         240210090135
M. Ilham                                240210090137
Rizki Novita Sari                   240210090139


http://blogs.unpad.ac.id/hardiman/files/2010/02/lambang-unpad-hitam-putih-300x274.gif










JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010



KATA PENGANTAR
Makalah kimia pangan yang berjudul “Potensi Daun Katuk Sebagai Sumber Zat Pewarna Alami dan Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk Dengan Menggunakan Binder Maltodekstrin” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Pangan pada Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjajaran Bandung. 
Makalah ini diharapkan dapat digunakan baik oleh mahasiswa untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta membantu dosen untuk sebagai tambahan referensi bahan ajar.
Pada kesempatan ini kami hendak mengucapkan terima kasih pada :
·         Debby M. Sumanti, Ir., MS sebagai Ketua Jurusan Teknologi Industri Pangan.
·         Tensiska, Ir., MS dan Edy Subrata selaku dosen ajar mata kuliah Kimia Pangan. 
·         dan juga semua pihak yang telah membantu terealisasinya makalah yang sebagian besar bersumber dari Jurnal penelitian ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh karena itu saran-saran untuk melengkapi ataupun memperbaikinya sangat diharapkan. Akhir  kata semoga makalah ini berguna bagi kemajuan pendidikan dan pihak yang membutuhkan.
penyusun











BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
             Daun katuk (Sauropus Androgynus–(L) Merr) banyak dikenal memiliki manfaat untuk melancarkan produksi air susu ibu (ASI). Senyawa dalam daun katuk yang berperan untuk melancarkan ASI adalah asam seskuiterna. Manfaat lain daun katuk juga dapat digunakan sebagai pewarna alami yang dapat memberi warna hijau tanpa menimbulkan residu. Daun tanaman katuk merupakan daun tunggal, karena hanya merupakan helaian dan tangkai daun saja, mudah didapat dan sudah digunakan berbagai bahan makanan antara lain pewarna hijau pada ketan dan lain-lain. Kandungan Nutrisi daun katuk per 100 g mempunyai kompo-sisi protein 4,8 g, lemak 1 g, karbohidrat 11 g, kalsium 204 mg, fosfor 83 mg, besi 2,7 mg, vitamin A 10370 SI, vitamin B1 0,1 mg, vitamin C 239 mg, air 81 g (Anonim,1981). Daun katuk mengandung khlorofil yang cukup tinggi, daun tua 65,8 spa d/mm2, daun muda 41,6 spa d/mm2.
            Manfaat daun katuk sebagai pewarna makanan alami dapat dijadikan alternatif untuk menggantikan pewarna kimia sintetis. Misalnya untuk membuat tape ketan yang berwarna hijau, Sari daun katuk ini bisa langsung digunakan untuk mewarnai bahan makanan. Pigmen alami dapat menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan ketahanan dan kualitas pangan karena pigmen alami merupakan salah satu zat non gizi yang mampu memberikan nutrisi bagi tubuh. Selain itu, pigmen alami ditemukan sangat melimpah pada sebagian besar sumber daya alam lokal Indonesia. Pigmen alami juga terbukti aman, baik sebagai makanan maupun pewarna makanan dibandingkan pewarna sintetik. Kenyataan ini karena penggunaan pewarna alami lebih menguntungkan dibandingkan pewarna sintetis, yaitu aman karena terbuat dari bahan alam yang tidak menimbulkan efek negatif bagi tubuh, mudah didapat, serta dapat menimbulkan rasa dan aroma khas. Sedang pewarna sintetik dapat berdampak negatif yaitu menyebabkan toksik dan karsinogenik. Namun penggunaan pewarna makanan alami semakin lama semakin ditinggalkan produsen makanan. Hal ini disebabkan oleh karena kurang praktis dalam pemakaiannya terkait dengan belum adanya pewarna alami yang dijual di pasaran sehingga produsen makanan harus membuat
sendiri pewarna makanan yang dibutuhkan tersebut. Disamping itu kelemahan dari penggunaan pewarna alami adalah warna yang kurang stabil yang bisa disebabkan oleh perubahan pH, proses oksidasi, pengaruh cahaya dan pemanasan, sehingga intensitas warnanya sering berkurang selama proses pembuatan makanan. Dengan demikian diperlukan alternatif lain agar penggunaan pewarna alami  menjadi lebih praktis. Salah satu Alternatif lainnya yaitu ektraksi daun katuk sebagai pewarna alami dan stabilitasnya selama pengeringan bubuk dengan menggunakan binder maltodekstrin.
Maltodekstrin merupakan polimer dekstrosa (biasa disebut polimer glukosa), yang mudah larut dalam air dingin, serta mempunyai kemanisan yang rendah. Maltodekstrin dapat bercampur dengan air membentuk cairan koloid bila dipanaskan dan mempunyai kemampuan sebagai perekat, tidak memiliki warna dan bau yang tidak enak serta tidak toksik.

I.2. Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui pemanfaatan daun katuk sebagai pewarna alami dalam bentuk bubuk
·         Untuk mengetahui pengaruh jumlah maltodekstrin terhadap kadar khlorofil dan intensitas warna bubuk
·         Untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar khlorofil dan intensitas warna bubuk
·         Untuk mengetahui cara menentukan jumlah binder yang tepat agar mendapatkan bubuk yang disukai
·         Untuk mengetahui cara menentukan suhu pengeringan yang tepat agar mendapatkan bubuk yang disukai
1.3.      Manfaat Penulisan
Hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk makalah ini diharapkan bermanfaat bagi para mahasiswa akan pentingnya daun katuk sebagai bubuk pewarna alami yang aman dan tidak mempengaruhi sifat fisik (warna) pada bahan pangan melalui penambahan maltodekstrin pada bubuk ekstrak daun katuk sehingga para produsen makanan tidak menggunakan bahan pewarna sintetik yang berbahaya



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Klorofil adalah zat pembawa warna hijau atau zat hijau daun pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil berperan melakukan fotosintesa (menyerap dan menggunan energi sinar matahari untuk mensintesa oksigen dan karbohidrat dari CO2 dan air) pada tumbuh-tumbuhan. Daun katuk merupakan salah satu tumbuhan yang meliliki klorofil yang dapat menghasilkan zat warna hijau.  Ada dua jenis klorofil yang telah berhasil diisolasi yaitu klorofil a dan klorofil b. Keduanya terdapat pada tanaman dengan perbandingan 3 : 1. Kedua jenis klorofil tersebut secara kimiawi sangat mirip.







Klorofil a termasuk dalam pigmen yang disebut porfirin; hemoglobin juga termasuk ke dalamnya. Pada prinsipnya molekul klorofil sangat besar dan terdiri dari 4 cincin pirol yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh gugus metena (-CH=) membentuk sebuah molekul yang pipih. Pada karbon ke tujuh terdapat residu propionat yang teresterifikasi dengan fitol dan rantai cabang ini bersifat larut dalam lipid.  Rumus bangun klorofil a dan b pada gambar 2. Perbedaan keduanya terletak pada atom C no. 3 dimana metil pada klorofil a diganti dengan aldehida pada klorofil b. Pada hakikatnya klorofil merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga sulit untuk menjaga agar molekulnya tetap utuh dengan warna hijau yang menarik. Beberapa peneliti berpendapat bahwa dalam peranannya klorofil pecah dan kloroplas keluar. Klorofil dalam daun masih berikatan dengan protein ketika proses pemanasan, protein terdenaturasi dan klorofil lepas. Sehingga warna klorofil menjadi coklat atau pudar.
Jika kita amati lebih lanjut dalam tingkatan struktur kimiawi, akan kita jumpai keunikan dari klorofil. Struktur dari klorofil memiliki kesamaan struktur dengan hemoglobin. Perbedaannya hanyalah terletak pada atom pusat dari molekul. Atom pusat klorofil adalah magnesium (Mg) sedangkan atom pusat hemoglobin adalah besi (Fe). Jika hemoglobin diidentikan sebagai darah merah manusia, maka klorofil dapat diidentikan sebagai darah hijau manusia. Karena kemiripan struktur inilah, maka klorofil adalah satu-satunya molekul di dunia ini yang secara alamiah dapat diterima oleh tubuh dan menjadi nutrisi vital bagi tubuh manusia.
BINDER MALTODEKSTRIN
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan maltodekstrin pada bubuk ekstrak daun katuk cenderung tidak berpengaruh terhadap sifat fisik (warna dan rehidrasi), sifat kimia (kadar air, kadar khlorofil) dan berpotensi sebagai pewarna alami. Dengan daun katuk sebagai pewarna alami diharapkan dapat menjadikan pewarna alternatif yang baik bagi kesehatan.
Hal ini dikemukakan oleh Sri Hardjanti Staf Pengajar Universitas Mercu Buana Yogyakarta dengan judul “Potensi Daun Katuk sebagai Sumber Zat Pewarna Alami dan Stabilitasnya selama Pengeringan Bubuk dengan Menggunakan Binder Maltodekstrin”.
Klorofil yang dihasilkan pada daun katuk cukup tinggi, daun tua 65,8 spa d/mm2, daun muda 41,6 spa d/mm2 dapat digunakan sebagai pewarna alami memberi warna hijau. (Puji Rahayu dan Leenawaty Limantara, 2005). Remendem ekstrak  khlorofil yang dikeringkan terlalu kecil, sehingga penggunaan dan pengemasannya sulit, oleh karena itu perlu ditambahkan binder. Namun penambahan binder yang semakin banyak menyebabkan intensitas warna menjadi kecil, sehingga perlu dilakukan optimasi penggunaan binder. Binder yang digunakan pada penelitian ini adalah maltodekstrin Norman (1979). Dekstrin dapat terbentuk dari gula–gula sederhana dan turunannya, dekstrin merupakan salah satu hidrokoloid yang mudah larut dalam air dingin.
Dekstrin dapat terbentuk dari gula–gula sederhana dan turunannya, dekstrin merupakan salah satu hidrokoloid yang mudah larut dalam air dingin. Permasalahan yang kedua adanya pengeringan dapat menyebabkan panas sehingga perlu adanya optimasi suhu pengeringan, oleh karena khlorofil dapat mengalami degradasi akibat panas sehingga warna hijau mengalami perubahan. (Fennema,1985).
            Maltodekstrin didefinisikan sebagai produk hidrolisis pati yang mengandung unit α-D-glukosa yang sebagian besar terikat melalui ikatan 1,4 glikosidik dengan DE kurang dari 20. Rumus umum maltodekstrin adalah [(C6H10O5)nH2O)] (Kennedy et al. dalam Kearsley dan Diedzic, 1995).
Menurut Kennedy (1995), aplikasi maltodekstrin pada produk pangan antara lain pada:
·         Produk rerotian, misalnya cake, muffin, dan biskuit, digunakan sebagai pengganti gula atau lemak.
·          Makanan beku, maltodekstrin memiliki kemampuan mengikat air (water holding capacity) dan berat molekul rendah sehingga dapat mempertahankan produk beku.
·         Makanan rendah kalori, penambahan maltodekstrin dalam jumlah besar tidak meningkatkan kemanisan produk seperti gula.
Mutu maltodekstrin di Indonesia ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional. Standar mutu maltodekstrin sama dengan standar mutu dekstrin pada umumnya, kecuali untuk DE maltodekstrin berkisar 19-20.
Klorofil yang dihasilkan pada daun katuk cukup tinggi, daun tua 65,8 spa d/mm2, daun muda 41,6 spa d/mm2 dapat digunakan sebagai pewarna alami memberi warna hijau. (Puji Rahayu dan Leenawaty Limantara, 2005). Remendem ekstrak  khlorofil yang dikeringkan terlalu kecil, sehingga penggunaan dan pengemasannya sulit, oleh karena itu perlu ditambahkan binder. Namun penambahan binder yang semakin banyak menyebabkan intensitas warna menjadi kecil, sehingga perlu dilakukan optimasi penggunaan binder. Binder yang digunakan pada penelitian ini adalah maltodekstrin Norman (1979). Dekstrin dapat terbentuk dari gula–gula sederhana dan turunannya, dekstrin merupakan salah satu hidrokoloid yang mudah larut dalam air dingin.

Ekstrak Daun Katuk
Kelebihan daun katuk yaitu penggunaan daun katuk tidak mempengaruhi sifat sensoris (tingkat kesukaan) produk. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Pada penelitian ini dipilih ekstraksi cara mekanik. Hasil penelitian sebelumnya (orientasi) diketahui bahwa jumlah air yang ditambahkan dan tekanan pengepresan yang optimal agar diperoleh ekstrak daun katuk yang maksimal dan warna yang paling hijau adalah tekanan 100 kg/cm2 dan rasio daun dan air 1:2. Berdasarkan hasil orientasi, maka dipilih rasio penambahan air tersebut karena kadar khlorofilnya paling tinggi. Kadar air daun katuk 67,66%, kadar khlorofil daun katuk 2,74%, ekstrak daun .katuk yang diperoleh sebesar 95,48%, kadar khlorofil ekstrak daun katuk sebesar 2,22%db.

Bubuk Ekstrak Daun Katuk
Ekstrak daun katuk yang diperoleh dari pengepresan ditambahkan dengan air kemudian ditambah maltodekstrin, kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan spray drier sehingga dihasilkan bubuk ekstrak daun katuk. Bubuk tersebut kemudian dianalisa kadar airnya dan hasil analisa kadar air bubuk ekstrak daun katuk disajikan pada
Tabel 1. Kadar Air Bubuk Ekstrak Daun Katuk (% bb )
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa kadar air bubuk ekstrak daun katuk dengan penambahan jumlah maltodektrin dan suhu pengeringan mengalami penurunan akibat pengeringan. Kadar air bubuk ekstrak daun katuk berkisar antara 5,64%- 8.05%. Nilai ini masih berkisar pada syarat bubuk rata-rata yang umumnya kurang dari 10%. Kadar air paling rendah pada penambahan maltodekstrin 4% dengan suhu pengeringan 90oC dan berbeda dengan 6% 80°C, 8% 80°C dan 8% 90°C. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kadar maltodekstrin paling rendah, sehingga penguapan air lebih cepat. Sebaliknya semakin banyak penambahan maltodekstrin maka kadar air semakin tinggi
Kadar khlorofil pada bubuk ekstrak daun katuk akan me-nentukan intensitas warna yang dihasilkan. Hasil analisa kadar khlorofil disajikan pada .
Tabel 2. Khlorofil Pada Bubuk Ekstrak Daun Katuk
Kadar khlorofil bubuk ekstrak daun katuk berbeda nyata. Semakin banyak penambahan maltodektrin kadar khlorofil semakin rendah. Suhu tidak berpengaruh terhadap kadar khlorofil. Namun kecenderungannya pada suhu 90oC kadar khlorofil lebih tinggi. Hal ini karena pada suhu tinggi waktu pengeringannya lebih cepat, sehingga degradasi khlorofil lebih kecil. Kecenderungan pengaruh suhu dan jumlah maltodektrin dapat dilihat pada Gambar 1.
            Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa semakin banyak penambahan maltodekstrin kadar khlorofil semakin rendah. Hal ini disebabkan maltodektrin menambah jumlah padatan dan tidak me-ngandung khlorofil, sehingga mengurangi proporsi khlorofil. Suhu tidak mempengaruhi jumlah khlorofil, namun cenderung lebih tinggi pada suhu 90oC.
Gambar 1. Kadar khlorofil pada suhu dan jumlah maltodektrin yang berbeda
            Pengukuran warna pada penelitian ini menggunakan Lovibond model F yang memberikan penilaian berdasarkan (Redness, Yellowness, Blueness). Hasil analisa warna pada bubuk ekstrak daun katuk disajikan pada Tabel 3.
            Berdasarkan hasil analisa menunjukan penambahan malto-dekstrin 4% dengan suhu 900C menunjukkan intensitas warna yang paling tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Yellowness dan Blueness yang tinggi yang berarti warna yang dihasilkan semakin hijau. Hal ini sesuai hasil analisa kadar khlorofil pada Tabel 2, bahwa pada penambahan maltodekstrin 4% dengan suhu 90°C menghasilkan kadar khlorofil paling tinggi.
Rehidrasi merupakan kemampuan suatu produk untuk me-nyerap atau larut dalam air. Hasil analisa rehidrasi ditunjukkan
11 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 13, No. 1, April 2008: 1-18
pada Tabel 4. Hasil analisa menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan daya melarut semakin besar. Hal ini berkaitan dengan kadar air bubuk.     
            Pada suhu 90oC kadar air yang dicapai lebih rendah lebih higroskopis sehingga ada perbedaan tekanan uap air yang besar antara solid dan cairan. Selain itu kemungkinan lebih porous dibanding bubuk yang kadar airnya lebih tinggi. Akibatnya kemampuan menyerap air lebih besar atau daya re-hidrasi lebih besar.
Penambahan maltodekstrin semakin banyak menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk larut dalam air semakin lama. Semakin banyak maltodekstrin artinya jumlah khlorofil lebih rendah. Perbedaan daya larut disebabkan karena selain jumlah maltodektrin yang lebih banyak juga karena berat molekul maltodektrin lebih besar dibanding khlorofil, sehingga daya larut lebih rendah.
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap bubuk ekstrak daun katuk sebagai pewarna alami. Skala penilaian yang diberikan adalah 1: amat sangat suka, 2: sangat suka, 3: suka, 4: agak suka, 5: agak tidak suka, 6: tidak suka, 7: sangat tidak suka, 8: amat sangat tidak suka. Hasil uji kesukaan terhadap bubuk ekstrak daun katuk disajikan pada Tabel 5.
Warna merupakan atribut mutu pangan yang sangat penting karena warna adalah yang dapat dilihat pertamakali oleh konsumen serta sangat menentukan tingkat penerimaan terhadap suatu produk. Warna pangan ditentukan oleh beberapa pigmen alami yaitu seperti khlorofil pada pewarna hijau.
Hasil uji kesukaan terhadap warna bubuk ekstrak daun katuk menunjukkan tidak beda. Penambahan maltrodekstrin dan pe-ngaruh suhu pengeringan tidak berpengaruh untuk uji kesukaan warna yang dihasilkan. dengan spray drier warna (khlorofil) akan semakin hijau karena khlorofil tidak banyak yang rusak sebelum dilakukan pengeringan. Hasil uji kesukaan terhadap bau bubuk ekstrak daun katuk menunjukkan tidak ada beda nyata nilai rata–rata 3 sampai 4 yaitu antara suka dan tidak suka terhadap bubuk ekstrak daun katuk disukai karena bubuk tersebut tidak menimbulkan bau harum sehingga tidak menimbulkan perubahan sifat inderawi pada produk.
Kesukaan keseluruhan terhadap bubuk ekstrak daun katuk ditentukan oleh kesukaan panelis terhadap warna dan bau. Hasil uji kesukaan terhadap kenampakan bubuk ekstrak daun katuk secara keseluruhan juga tidak beda nyata,jadi pengaruh suhu pengeringan dan penambahan jumlah maltodekstrin tidak berpengaruh uji kesukaan.Paling disukai suhu 900C dan penambahan maltodekstrin 4%,dilihat secara visual dan paling efektif .kadar air paling kecil,kadar khlorofil paling besar.
Aplikasi pewarna alami bubuk ekstrak daun katuk pada salah satu makanan yaitu dadar gulung, dapat dilihat pada gambar 2.













BAB III
KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, secara umum dapat disimpulkan bahwa :
1.      Daun katuk dapat digunakan sebagai bubuk pewarna alami karena daun katuk tidak menimbulkan sifat inderawi yang dapat mempengaruhi nilai poduk.
2.      Penambahan maltodekstrin pada bubuk ekstrak daun katuk cenderung tidak berpengaruh terhadap sifat fisik (warna), sifat kimia (kadar air, kadar khlorofil, rehidrasi).
3.      Suhu pengeringan pada pembuatan bubuk ekstrak daun katuk sangat berpengaruh terhadap kadar khlorofil dan intensitas warna pada bubuk ekstrak daun katuk yang dihasilkan.
4.      Semakin tinggi suhu pengeringan kadar khlorofil semakin tinggi dan intensitas warna semakin hijau.
5.      Bubuk daun katuk yang paling disukai dengan suhu pengeringan 900C dengan penambahan maltodekstrin 4%.Kadar air 5,64%wb, kadar khlorofil 0,83% db, warna Redness 0,65, Yellowness 8,9, Blueness 2,75. rehidrasi 1,19 menit.















DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono, Fardiaz, S., Puspita , N.L., Sedarnawati, Budiyanto, s., 1989. Petunjuk Analisis Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jendrai Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.
Bahri, Sinly., Evan Putra. Klorofil Sebagai Darah Hijau Manusia. http://www.chemistry.org/artikel_kimia/biokimia/klorofil_sebagai_darah_hijau_manusia/
Hardjanti S, 2006. Potensi Daun Suji Sebagai Sumber Zat Warna Alami dan Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk Menggunakan Binder Maltodekstrin, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.





Posted by MuFin On 18.17 No comments

0 komentar:

salah satu mimpiku..

salah satu mimpiku..
Prof. Dr. Fina M, Ir., M.Sc. (say : amin )

UNPAD

Himatipan UNPAD

Himatipan UNPAD
Blog himpunan jurasan teknologi pangan, Faktultas teknologi Industri Pertanian, UNPAD.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Total Tayangan Halaman

jejak pengunjung.......

About Me

Foto Saya
MuFin
alhamdulillah, sekarang menuntut ilmu di kota "paris van java", angkatan 2009. target saya lulus 4 tahun (amin..) Berusaha agar hidup semata2 hanya untuk Allah.. Aku hanyalah seorang perempuan biasa yang memiliki mimpi yang tak biasa, seorang perempuan tak pintar yang ingin belajar untuk menjadi pintar, seorang perempuan yang penakut yang selalu semangat meraih cita-cita, seorang perempuan cengeng yang selalu berani menatap masa depan, seorang perempuan yang selalu menatap dengan senyum walau badai menghampiri... menatap ke bawah saat tergoncang, dan menatap ke atas saat tak ada badai dan Aku.... mencintai nya, sangat mencintai Nya.
Lihat profil lengkapku
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

    ^_^


    Recent Posts

    Text Widget

    ”Ada tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang, maka dia akan mendapatkan manisnya iman. Yaitu, dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya. Dia mencintai seseorang dan dia tidak mencintainya melainkan karena Allah. Dia enggan kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana dia enggan untuk dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).

    Listen To Qur'an

    Unordered List

    BThemes

    free counters

    Followers