SALING HORMAT MENGHORMATI
Abu Bakar Al-Shiddiq berkata, “Hendaklah engkau tidak menghina siapapun dari umat Islam. Sebab, seorang Muslim yang dianggap remeh oleh manusia adalah terhormat dalam pandangan Allah swt.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Termasuk diantara kebaikan yang paling utama adalah menghargai teman dekat.” Kemudian, dia melihat kea rah Ka’bah dan berkata, “Sesungguhnya Allah swt telah menghormati dan memuliakanmu. Namun, kemulian seorang Mukmin di sisi Allah swt lebih besar dibandingkan kemulianmu. Syaikh Abd Al-Salam berkata, “Kepentingan mu dengan teman dekatmu lebih besar daripada terhadap saudaramu sendiri. Terkadang engkau malu meminta suatu kebutuhan kepada keluarga dekatmu, tetapi engkau berani meminjam sesuatu kepada temanmu. Seseorang akan lebih dekat dengan temannya daripada saudaranya. Oleh sebab itu, peliharalah persahabatan dengan temanmu dengan penuh toleran dan saling tenggang rasa.”
Syaikh Izz Al-Din bin Al-Khulani berkata, “Suatu saat engkau akan merasakan nilai menghargai orang lain. Harga dirimu bukan bergantung pada penghargaan orang lain kepadamu. Namun, ia bergantung pada seberapa besar engkau menghargai orang lain. Suatu saat engkau akan merasakan nilai dari membantu orang lain. Andaikan engkau tidak merasakan buah membantu orang lain secara langsung, keturunanmulah yang akan merasakannya.”
Rasulullah saw bersabda, seorang muslim adalah orang yang mampu membuat kaum muslimin lainnya selamat dari bahaya lisan dan tangannya. Sedangkan orang yang berhijrah adalah orang yang menjauhkan diri dari yang dilarang Allah.
Rasulullah saw bersabda, janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling membelakangi, dan jangan pula saling memutuskan tali silaturahim, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh seorang muslim tidak menyapa (bermusuhan) saudaranya lebih dari tiga hari.
Dari Anas, berkata Rasulullah saw: “Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, tidak beriman selamanya sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”. (HR Bukhari dan Muslim).
SELALU MENJAGA LISAN
Rasulullah saw bersabda, Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah menyambung hubugan kekerabatan. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.
Rasulullah saw bersabda, “Diam adalah kebijaksanaan, dan sedikit orang yang mampu melakukannya.” (HR. Abu Manshur ad-Dailami), Diriwayatkan dari Sufyan ibn Salim bahwa Rasulullah saw berkata, “Maukah kalian aku kabarkan tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi anggota tubuh? Yaitu diam dan berbudi pekerti mulia!” (HR Ibnu Dunya. Hadis ini berstatus mursal dan perawinya bisa dipercaya).
Manusia yang waspada pasti akan menyadari bahwa didalam banyak bicara terdapat bahaya. Sedangkan di dalam diam terdapat keselamatan. Di dalam diam terkandung keutuhan cita-cita serta keabadian wibawa dan juga ada kemurnian waktu untuk beribadah dan berzikir, selamat di dunia dari perkataan dan selamat di hari Perhitungan. Dalam Al-Qur’an dikatakan “Setiap ucapan yang keluar, pasti ada malaikat pengawas yang selalu hadir (mencatatnya).” (QS. Qaf:18).
Rasulullah saw bersabda, Seseorang yang berkata tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dapat membuatnya tergelincir ke dalam api neraka yang luasnya seluas jarak antara belahan dunia bagian timur dan barat. Ya’la ibn Ubaid berkata, “Kami menghadap Ibnu Sauqah. Dia berkata, “Wahai anak saudaraku, aku ingin bercerita kepadamu, semoga cerita ini bermanfaat bagimu. Dan cerita ini memang bermanfaat bagiku: Atha ibn Abi Rabah berkata kepada kami, “Sesungguhnya orang-orang dahulu menganggap berlebihan pembicaraan selain tentang Kitab Allah, perintah kepada yang baik, pencegahan dari yang mungkar, atau pembicaraan tentang kebutuhan hidup yang mendesak. Apakah kalian mengingkari bahwa di kanan-kirimu ada Raqib dan Atid yang mengawasi dan menulis setiap gerak-gerik dan ucapan kalian? Tidaklah kalian merasa malu jika di dalam lembaran amal kalian ternyata tidak ada catatan kebaikan?” (Siyar A’lam an-Nubala:5/86).
Rasulullah saw bersabda, Kekanglah lisanmu, tetaplah berada dirumahmu, dan menangislah atas segala kesalahan yang telah engkau lakukan. Rasulullah saw bersabda, janganlah banyak berbicara keculai zikir kepada Allah. Sungguh membicarakan sesuatu yang bukan zikir kepada Allah dapat membuat hati menjadi kesat. Manusia yang paling jauh dari Allah adalah manusia yang hatinya kesat.
Al-Ghazali berkata, “Di antara dosa yang biasa dilakukan oleh lisan adalah berdusta. Peliharalah lisanmu dari berdusta, baik dusta yang sengaja maupun sekadar bercanda. Janganlah membiasakan berbohong walaupun dengan niat bercanda! Sebab, hal itu bias meringankan lisanmu untuk berbohong yang sebenarnya.”
Rasulullahsaw bersabda, Seseorang yang berkata yang diridhai Allah, akan dinaikkan derajatnya oleh Allah beberapa derajat. Namun, seseorang yang berkata yang dibenci Allah, dapat membuatnya terjurumus ke dalam neraka jahanam. Ibrahim berkata, “Dua hal yang sering membuat manusia binasa, yaitu harta berlebihan dan ucapan berlebihan!”
Bilal ibn Harits berkata, “Rasulullah saw berkata, “Ada orang yang berkata tentang sesuatu yang diridhai Allah, namun tidak menyangka akan mendapatkan keridhaan itu, kemudian Allah mencatat keridhaan-Nya untuk orang itu sampai hari Kiamat lantaran kata-kata yang ia ucapkan. Ada juga orang yang berkata tentang sesuatu yang dimurkai Allah, namun tidak menyangka akan mendapatkan kemurkaan itu, kemudian Allah mencatat kemurkaan-Nya untuk orang itu sampai hari Kiamat lantaran kata-kata yang ia ucapkan. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi. Hadis ini dianggap sahih.
Termasuk perbuatan yang dilarang agama adalah saling berbantah. Perbuatan ini dapat memicu terjadinya pertengkaran, saling menghujat, dendam dan kejahatan-kejahatan lainnya. Larangan berbantahan ini telah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, “Jangan membantah saudaramu, jangan mengejeknya dan jangan berjanji kepadanya, lalu engkau tidak menepati.” ((HR Tirmidzi).
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa meninggalkan sikap berbantahan, padahal ia dalam posisi yang benar, niscaya dibagunkan untuknya rumah di surge yang paling tinggi. Barangsiapa meninggalkan sikap berbantahan, sedangkan ia dalam posisi yang salah, niscaya dibangunkan rumah untuknya ditengah-tengah surge.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah saw bersabda, jika datang waktu pagi, seluruh anggota tubuh mengingatkan lisan, sembari mereka berkata, “Bertakwalah kepada Allah, itulah cara memelihara keselamatan kami. Karena nasib kami sangat tergantung padamu. Bila kau berada di jalan yang lurus, kami pun akan berada di jalan yang lurus. Jika kau menyimpang, kami pun akan menyeleweng.”
JANGAN BERGHIBAH & MENGADU DOMBA
Rasulullah saw bersabda, “Tahukah kalian tentang ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya.” Beliau bersabda, “Menceritakan sesuatu hal yang dibenci oleh saudaramu sendiri.” Lalu ada seseorang yang bertanya lagi, “Bagaimana jika dalam diri saudaraku itu benar seperti yang aku ceritakan tadi?” Beliau menjawab, “Jika dalam dirinya benar seperti apa yang kau katakana, maka engkau telah melakukan ghibah. Jika dirinya tidak sesuai dengan apa yang engkau katakana berarti engkau berdusta.”
Rasulullah saw bersabda, “Jangan kalian saling dengki, saling benci, saling menjerumuskan, saling membelakangi dan jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” ((HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw bersabda, saat dimikrajkan aku bertemu sekelompok manusia yang memiliki kuku yang terbuat dari tembaga. Mereka mencakar wajah dan dada mereka. Aku berkata, “Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang senang memakan dading manusia (Ghibah). Dan yang menjatuhkan harga diri atau kehormatan orang lain.”
Jabir dan Abi Said berkata bahwa Rasulullah saw berkata, “Jauhilah menggunjing! Sesungguhnya menggunjing itu lebih berat daripada zina. Orang yang berzina bias jadi kemudian bertobat, lalu Allah yang Maha Suci menerima tobatnya, sedangkan penggunjing tidak akan diampuni dosanya, hingga ia dimaafkan oleh temaqnnya (yang digunjing). (HR Ibnu Abi Dunya, Ibnu Hibban dan Ibnu Mardawiyah).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling melakukan najasy (pura-pura menawar barang, agar ditawar orang lain dengan harga lebih tinggi), jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, jangan kalian membeli barang yang sudah di tawar saudaranya. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lainnya. Dia tidak boleh menzaliminya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinakannya. Takwa itu ada disini, Beliau mengucapkannya sembari berisyarat ke dada tiga kali. “Cukuplah seseorang itu dianggap berbuat buruk bila dia meremehkan saudaranya sesame muslim. Seorang muslim terhadap muslim lainnya itu haram : darahnya, hartanya dan kehormatannya.”
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka! Sesunguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang diantara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Al-Isra:36).
Rasulullah saw bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tentang orang yang paling jahat?” Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah berkata,”Orang yang berjalan dengan mengadu domba, orang yang merusak hubungan kasih saying, dan orang yang mencari-cari aib orang yang tidak bersalah.” (HR. Ahmad).
Rasulullah saw bersabda tentang dua penghuni kubur yang beliau lewati, keduanya disiksa bukan karena dosa besar yang mereka lakukan, keduanya merasa berat meninggalkannya. Salah seorang dari mereka ketika masih hidup suka mengadu domba orang lain, sementara yang lainnya tidak menjaga diri dari air kencingnya sendiri.
Membicarakan seseorang muslim tentang sesuatu yang tidak ada padanya dan mengadu domba orang beriman, dalam hadits riwayat Ibnu Umar r.a., Rasulullah bersabda, “barangsiapa yang membicarakan seseorang mukmin dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya maka Allah akan menempatkannya dalam thinatul-khabal (kotoran cair yang mengalir dari penghuni neraka). “(HR Ahmad, Abu Daud, dan Hakim).
TIDAK SALING MEMBENCI DAN MENGHINA
Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih dari wanita (yang mengolok-olok) dan jangan kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Eburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Hujarat:11)
Rasulullah saw bersabda, orang mukmin bukanlah orang yang suka menghina, mengutuk, berbuat keji dan berbuat hina. Rasulullah saw bersabda, apabila seseorang menuduh orang lain fasik dan kafir, tanpa dasar kebenaran, maka tuduhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri.
Rasulullah saw bersabda, siapa yang ingin selamat dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surge, hendaknya terus menerus beriman kepada Allah dan hari akhir hingga kematian menjemputnya. Selain itu, hendaknya dia melakukan sesuatu yang disukai orang lain sebagaimana dia menyukai bila orang lain melakukan hal itu kepadanya.
Rasulullah saw berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang mengolok-olok orang lain, akan dibukakan pintu surge bagi mereka, lalu mereka dipanggil, “Kemarilah, kemarilah!” orang itu menuju pintu surga dengan segala kesulitannya dan kesedihannya. Ketika hampir sampai di pintu surga, maka pintu itu ditutup. Kemudian dibukakan pintu yang lain, lalu ia dipanggil, “Kemarilah, kemarilah!” ia menuju ke pintu itu dengan segala kesulitan dan kesedihannya. Ketika ia hampir sampai ke pintu, maka pintu tertutup untuknya. Kejadian ini terus berlanjut, hingga ketika dibukakan pintu untuknya, lalu ia dipanggil, “Kemarilah, kemarilah!” orang itu tidak mau datang lagi.”
Muadz ibn Jabal berkata bahwa Rasulullah saw berkata, “Barangsiapa menjelek-jelekan saudaranya karena dosa yang telah disesali (sudah bertobat), ia tidak akan mati sampai ia melakukan dosa itu.
***
artikel ini di ambil dari :
http://imoetida.multiply.com/journal/item/3
Abu Bakar Al-Shiddiq berkata, “Hendaklah engkau tidak menghina siapapun dari umat Islam. Sebab, seorang Muslim yang dianggap remeh oleh manusia adalah terhormat dalam pandangan Allah swt.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Termasuk diantara kebaikan yang paling utama adalah menghargai teman dekat.” Kemudian, dia melihat kea rah Ka’bah dan berkata, “Sesungguhnya Allah swt telah menghormati dan memuliakanmu. Namun, kemulian seorang Mukmin di sisi Allah swt lebih besar dibandingkan kemulianmu. Syaikh Abd Al-Salam berkata, “Kepentingan mu dengan teman dekatmu lebih besar daripada terhadap saudaramu sendiri. Terkadang engkau malu meminta suatu kebutuhan kepada keluarga dekatmu, tetapi engkau berani meminjam sesuatu kepada temanmu. Seseorang akan lebih dekat dengan temannya daripada saudaranya. Oleh sebab itu, peliharalah persahabatan dengan temanmu dengan penuh toleran dan saling tenggang rasa.”
Syaikh Izz Al-Din bin Al-Khulani berkata, “Suatu saat engkau akan merasakan nilai menghargai orang lain. Harga dirimu bukan bergantung pada penghargaan orang lain kepadamu. Namun, ia bergantung pada seberapa besar engkau menghargai orang lain. Suatu saat engkau akan merasakan nilai dari membantu orang lain. Andaikan engkau tidak merasakan buah membantu orang lain secara langsung, keturunanmulah yang akan merasakannya.”
Rasulullah saw bersabda, seorang muslim adalah orang yang mampu membuat kaum muslimin lainnya selamat dari bahaya lisan dan tangannya. Sedangkan orang yang berhijrah adalah orang yang menjauhkan diri dari yang dilarang Allah.
Rasulullah saw bersabda, janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling membelakangi, dan jangan pula saling memutuskan tali silaturahim, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh seorang muslim tidak menyapa (bermusuhan) saudaranya lebih dari tiga hari.
Dari Anas, berkata Rasulullah saw: “Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, tidak beriman selamanya sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”. (HR Bukhari dan Muslim).
SELALU MENJAGA LISAN
Rasulullah saw bersabda, Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah menyambung hubugan kekerabatan. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.
Rasulullah saw bersabda, “Diam adalah kebijaksanaan, dan sedikit orang yang mampu melakukannya.” (HR. Abu Manshur ad-Dailami), Diriwayatkan dari Sufyan ibn Salim bahwa Rasulullah saw berkata, “Maukah kalian aku kabarkan tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi anggota tubuh? Yaitu diam dan berbudi pekerti mulia!” (HR Ibnu Dunya. Hadis ini berstatus mursal dan perawinya bisa dipercaya).
Manusia yang waspada pasti akan menyadari bahwa didalam banyak bicara terdapat bahaya. Sedangkan di dalam diam terdapat keselamatan. Di dalam diam terkandung keutuhan cita-cita serta keabadian wibawa dan juga ada kemurnian waktu untuk beribadah dan berzikir, selamat di dunia dari perkataan dan selamat di hari Perhitungan. Dalam Al-Qur’an dikatakan “Setiap ucapan yang keluar, pasti ada malaikat pengawas yang selalu hadir (mencatatnya).” (QS. Qaf:18).
Rasulullah saw bersabda, Seseorang yang berkata tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dapat membuatnya tergelincir ke dalam api neraka yang luasnya seluas jarak antara belahan dunia bagian timur dan barat. Ya’la ibn Ubaid berkata, “Kami menghadap Ibnu Sauqah. Dia berkata, “Wahai anak saudaraku, aku ingin bercerita kepadamu, semoga cerita ini bermanfaat bagimu. Dan cerita ini memang bermanfaat bagiku: Atha ibn Abi Rabah berkata kepada kami, “Sesungguhnya orang-orang dahulu menganggap berlebihan pembicaraan selain tentang Kitab Allah, perintah kepada yang baik, pencegahan dari yang mungkar, atau pembicaraan tentang kebutuhan hidup yang mendesak. Apakah kalian mengingkari bahwa di kanan-kirimu ada Raqib dan Atid yang mengawasi dan menulis setiap gerak-gerik dan ucapan kalian? Tidaklah kalian merasa malu jika di dalam lembaran amal kalian ternyata tidak ada catatan kebaikan?” (Siyar A’lam an-Nubala:5/86).
Rasulullah saw bersabda, Kekanglah lisanmu, tetaplah berada dirumahmu, dan menangislah atas segala kesalahan yang telah engkau lakukan. Rasulullah saw bersabda, janganlah banyak berbicara keculai zikir kepada Allah. Sungguh membicarakan sesuatu yang bukan zikir kepada Allah dapat membuat hati menjadi kesat. Manusia yang paling jauh dari Allah adalah manusia yang hatinya kesat.
Al-Ghazali berkata, “Di antara dosa yang biasa dilakukan oleh lisan adalah berdusta. Peliharalah lisanmu dari berdusta, baik dusta yang sengaja maupun sekadar bercanda. Janganlah membiasakan berbohong walaupun dengan niat bercanda! Sebab, hal itu bias meringankan lisanmu untuk berbohong yang sebenarnya.”
Rasulullahsaw bersabda, Seseorang yang berkata yang diridhai Allah, akan dinaikkan derajatnya oleh Allah beberapa derajat. Namun, seseorang yang berkata yang dibenci Allah, dapat membuatnya terjurumus ke dalam neraka jahanam. Ibrahim berkata, “Dua hal yang sering membuat manusia binasa, yaitu harta berlebihan dan ucapan berlebihan!”
Bilal ibn Harits berkata, “Rasulullah saw berkata, “Ada orang yang berkata tentang sesuatu yang diridhai Allah, namun tidak menyangka akan mendapatkan keridhaan itu, kemudian Allah mencatat keridhaan-Nya untuk orang itu sampai hari Kiamat lantaran kata-kata yang ia ucapkan. Ada juga orang yang berkata tentang sesuatu yang dimurkai Allah, namun tidak menyangka akan mendapatkan kemurkaan itu, kemudian Allah mencatat kemurkaan-Nya untuk orang itu sampai hari Kiamat lantaran kata-kata yang ia ucapkan. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi. Hadis ini dianggap sahih.
Termasuk perbuatan yang dilarang agama adalah saling berbantah. Perbuatan ini dapat memicu terjadinya pertengkaran, saling menghujat, dendam dan kejahatan-kejahatan lainnya. Larangan berbantahan ini telah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, “Jangan membantah saudaramu, jangan mengejeknya dan jangan berjanji kepadanya, lalu engkau tidak menepati.” ((HR Tirmidzi).
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa meninggalkan sikap berbantahan, padahal ia dalam posisi yang benar, niscaya dibagunkan untuknya rumah di surge yang paling tinggi. Barangsiapa meninggalkan sikap berbantahan, sedangkan ia dalam posisi yang salah, niscaya dibangunkan rumah untuknya ditengah-tengah surge.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah saw bersabda, jika datang waktu pagi, seluruh anggota tubuh mengingatkan lisan, sembari mereka berkata, “Bertakwalah kepada Allah, itulah cara memelihara keselamatan kami. Karena nasib kami sangat tergantung padamu. Bila kau berada di jalan yang lurus, kami pun akan berada di jalan yang lurus. Jika kau menyimpang, kami pun akan menyeleweng.”
JANGAN BERGHIBAH & MENGADU DOMBA
Rasulullah saw bersabda, “Tahukah kalian tentang ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya.” Beliau bersabda, “Menceritakan sesuatu hal yang dibenci oleh saudaramu sendiri.” Lalu ada seseorang yang bertanya lagi, “Bagaimana jika dalam diri saudaraku itu benar seperti yang aku ceritakan tadi?” Beliau menjawab, “Jika dalam dirinya benar seperti apa yang kau katakana, maka engkau telah melakukan ghibah. Jika dirinya tidak sesuai dengan apa yang engkau katakana berarti engkau berdusta.”
Rasulullah saw bersabda, “Jangan kalian saling dengki, saling benci, saling menjerumuskan, saling membelakangi dan jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” ((HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw bersabda, saat dimikrajkan aku bertemu sekelompok manusia yang memiliki kuku yang terbuat dari tembaga. Mereka mencakar wajah dan dada mereka. Aku berkata, “Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang senang memakan dading manusia (Ghibah). Dan yang menjatuhkan harga diri atau kehormatan orang lain.”
Jabir dan Abi Said berkata bahwa Rasulullah saw berkata, “Jauhilah menggunjing! Sesungguhnya menggunjing itu lebih berat daripada zina. Orang yang berzina bias jadi kemudian bertobat, lalu Allah yang Maha Suci menerima tobatnya, sedangkan penggunjing tidak akan diampuni dosanya, hingga ia dimaafkan oleh temaqnnya (yang digunjing). (HR Ibnu Abi Dunya, Ibnu Hibban dan Ibnu Mardawiyah).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling melakukan najasy (pura-pura menawar barang, agar ditawar orang lain dengan harga lebih tinggi), jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, jangan kalian membeli barang yang sudah di tawar saudaranya. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lainnya. Dia tidak boleh menzaliminya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinakannya. Takwa itu ada disini, Beliau mengucapkannya sembari berisyarat ke dada tiga kali. “Cukuplah seseorang itu dianggap berbuat buruk bila dia meremehkan saudaranya sesame muslim. Seorang muslim terhadap muslim lainnya itu haram : darahnya, hartanya dan kehormatannya.”
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka! Sesunguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang diantara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Al-Isra:36).
Rasulullah saw bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tentang orang yang paling jahat?” Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah berkata,”Orang yang berjalan dengan mengadu domba, orang yang merusak hubungan kasih saying, dan orang yang mencari-cari aib orang yang tidak bersalah.” (HR. Ahmad).
Rasulullah saw bersabda tentang dua penghuni kubur yang beliau lewati, keduanya disiksa bukan karena dosa besar yang mereka lakukan, keduanya merasa berat meninggalkannya. Salah seorang dari mereka ketika masih hidup suka mengadu domba orang lain, sementara yang lainnya tidak menjaga diri dari air kencingnya sendiri.
Membicarakan seseorang muslim tentang sesuatu yang tidak ada padanya dan mengadu domba orang beriman, dalam hadits riwayat Ibnu Umar r.a., Rasulullah bersabda, “barangsiapa yang membicarakan seseorang mukmin dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya maka Allah akan menempatkannya dalam thinatul-khabal (kotoran cair yang mengalir dari penghuni neraka). “(HR Ahmad, Abu Daud, dan Hakim).
TIDAK SALING MEMBENCI DAN MENGHINA
Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih dari wanita (yang mengolok-olok) dan jangan kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Eburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Hujarat:11)
Rasulullah saw bersabda, orang mukmin bukanlah orang yang suka menghina, mengutuk, berbuat keji dan berbuat hina. Rasulullah saw bersabda, apabila seseorang menuduh orang lain fasik dan kafir, tanpa dasar kebenaran, maka tuduhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri.
Rasulullah saw bersabda, siapa yang ingin selamat dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surge, hendaknya terus menerus beriman kepada Allah dan hari akhir hingga kematian menjemputnya. Selain itu, hendaknya dia melakukan sesuatu yang disukai orang lain sebagaimana dia menyukai bila orang lain melakukan hal itu kepadanya.
Rasulullah saw berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang mengolok-olok orang lain, akan dibukakan pintu surge bagi mereka, lalu mereka dipanggil, “Kemarilah, kemarilah!” orang itu menuju pintu surga dengan segala kesulitannya dan kesedihannya. Ketika hampir sampai di pintu surga, maka pintu itu ditutup. Kemudian dibukakan pintu yang lain, lalu ia dipanggil, “Kemarilah, kemarilah!” ia menuju ke pintu itu dengan segala kesulitan dan kesedihannya. Ketika ia hampir sampai ke pintu, maka pintu tertutup untuknya. Kejadian ini terus berlanjut, hingga ketika dibukakan pintu untuknya, lalu ia dipanggil, “Kemarilah, kemarilah!” orang itu tidak mau datang lagi.”
Muadz ibn Jabal berkata bahwa Rasulullah saw berkata, “Barangsiapa menjelek-jelekan saudaranya karena dosa yang telah disesali (sudah bertobat), ia tidak akan mati sampai ia melakukan dosa itu.
***
artikel ini di ambil dari :
http://imoetida.multiply.com/journal/item/3










0 komentar:
Posting Komentar