Tak dapat dipungkiri. orang yang bermasalah dengan berat badannya cenderung khawatir terhadar risiko dan serangan penyakit kronis, diabetes misalnya. Meningkatnya tingkat obesitas di Negeri Belanda tersebut menyebabkan jumlah perawatan obesitas pun membengkak.
Tim dari Universitas Maastricht meneliti data dari hampir 4.500 orang dewasa. Peserta diminta mengisi kuesioner yang dibuat untuk mencari tahu tentang gaya hidup mereka, pola diet mereka, kebiasaan merokok, berapa banyak mereka minum dan berapa banyak latihan yang mereka lakukan. Namun dari semua faktor gaya hidup, ternyata hanya indeks massa tubuh yang menjadi faktor independen terkait dengan sering berkunjung ke dokter.
Meskipun para peneliti tidak bisa menyimpulkan mengapa orang yang kelebihan berat lebih sering berkonsultasi ke dokter, tapi mereka berspekulasi pengidap obesitas kerap memiliki keluhan yang lebih kecil, seperti masalah tidur atau nyeri muskuloskeletal. Muskuloskeletal ialah penyakit yang menyebabkan perubahan berbagai organ tubuh.
Pemimpin studi, Dr Marjan van den Akker, menambahkan bahwa dokter akan berada di bawah tekanan jika semakin hari pasien obesitas semakin membengkak. Sementara, dokter umum dari Forum Obesitas Nasional di Belanda, Dr David Haslam berkata, "Ini kabar baik bahwa mereka khawatir mengenai kesehatan mereka dan ingin memeriksa tetapi kita juga tahu bahwa kita harus berbuat lebih banyak untuk mengidentifikasi dan mengelola pasien kelebihan berat badan.''
Namun, lanjut Haslam, bagaimana pun perawat harus lebih berkualitas untuk memberikan nasihat gaya hidup sehat bagi penderita obesitas."Praktik perawat adalah arus utama dalam pengobatan pasien ini karena mereka dapat menghabiskan waktu lebih lama dengan penderita dan memiliki kesempatan untuk memberikan nasihat gaya hidup." ujarnya.
Gemuk sedikit tak apa, asal mengembangkan pola hidup sehat. Tapi bobot tubuh berlebih diimbangi pola hidup tak sehat berisiko 13 persen lebih tinggi mengalami kematian prematur. Demikian hasil penelitian American Cancer Society yang didanai Departemen Kesehatan Amerika Serikat.
Obesitas, kata penelitian ini, meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung, stroke, dan kanker tertentu. Penelitian ini melibatkan sekitar 1,5 juta orang dan menyimpulkan bahwa orang dewasa kulit putih sehat yang kelebihan berat badan hanya 13 persen lebih mungkin meninggal lebih cepat ketimbang mereka yang berbobot ideal.
Untuk analisis mereka yang didanai pemerintah, para peneliti mengumpulkan 19 studi jangka panjang atas orang dewasa kulit putih. Mereka menggunakan indeks massa tubuh setiap orang - ukuran tinggi dan berat badan - dan diperiksa untuk melihat siapa yang meninggal selama periode tertentu, yang berkisar dari lima sampai 28 tahun.
Mereka menfokuskan pada orang yang sehat pada awal penelitian. Perokok tidak termasuk, begitu juga mereka dengan penyakit jantung atau kanker karena mereka mempengaruhi angka kematian. Penelitian sepenuhnya hanya ingin melihat pengaruh berat badan saja.
Tingkat kematian terendah untuk wanita adalah pada mereka dengan kisaran indeks massa tubuh yang ideal - antara 22,5 dan 24,9.
Dibandingkan dengan kelompok itu, mereka yang kelebihan sedikit berat badan mempunyai peningkatan risiko kematian 13 persen. Risiko meningkat berkisar 44-88 persen untuk mereka yang obesitas.
Mereka yang gemuk dan tak menjalankan pola hidup sehat juga dua kali lebih mungkin meninggal prematur dibanding mereka yang gemuk tapi menjalankan pola hidup sehat. Hasil untuk pria adalah sama.
"Memiliki tambahan daging pada tulang Anda adalah berbahaya dan tidak bermanfaat, " kata Dr Michael Thun dari American Cancer Society, penulis senior studi tersebut.
Kesimpulan penelitian tersebut, yang diterbitkan pada Kamis di New England Journal of Medicine, mirip dengan tiga studi besar lainnya, kata penulis utama, Amy Berrington dari National Cancer Institute.
"Penelitian ini mendukung temuan bahwa hubungan antara kegemukan dengan peningkatan risiko kematian adalah kecil, namun tidak demikian dengan mereka yang over obesitas," ujar Berrington.
Sebuah riset yang digagas University of Buffalo mengungkap berjalan kaki menuju sekolah bisa mengurangi tingkat stres anak ketika bersekolah.
Riset juga mengungkap bila anak berjalan ke sekolah dengan jarak satu mil atau setara 1,9 km dapat meminimalkan resiko jantung dan tekanan darah tinggi yang berujung pada penyakit kardiovaskular. Pemimpin riset, Professor James Roemmich menjelaskan penyakit kardiovaskular dimulai ketika seseorang memasuki masa anak-anak.
Pihaknya mengaku telah berhasil menemukan cara untuk menghentikan atau memperlambat proses itu sehingga bernilai penting bagi seseorang. "Saya pahami bahwa aktivitas fisik secara efektif memberikan perlindungan terhadap pengembangan penyakit kardiovaskular. Dan satu cara untuk menanggulangi itu adalah mengurangi reaksi terhadap stres," kata dia seperti dikutip dailymail, Kamis, (12/8).
Secara terpisah, CEO Living Street, sebuah lembaga pemerhati pedestrian di Inggris, Tony Amstrong mengatakan riset terbaru ini memberikan kekuatan baru bagi pihaknya untuk merekomendasikan berjalan kaki sebagai aktivitas rutin sehari-hari. "Berjalan merupakan aktivitas yang ramah lingkungan, murah, dan berpengaruh besar terhadap kesehatan seseorang. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi anak-anak sekolah," ungkapmya.
Amstrong menambahkan dari riset sebelumnya yang digagas Kementrian Transportasi mencatat 9 dari 10 guru melaporkan anak-anak yang berjalan kaki ke sekolah memiliki tingkat konsentrasi yang lebih baik ketimbang anak-anak yang berangkat ke sekolah berkendaraan. Dalam riset sebelumnya, Professor Roemmich bersama koleganya melibatkan kelompok anak-anak sekolah yang terdiri dari 20 pria dan 20 perempuan dengan rentang usia 10 tahun hingga 14 tahun.
Oleh peneliti, setengah dari mereka duduk di kursi dengan menyaksikan tayangan tentang sebuah rumah yang diakhiri dengan gambar sekolah. Tayangan itu berdurasi 10 menit. Dalam tayangan itu diberikan narasi tentang apa yang harus dilakukan saat perjalanan itu berikut informasi tentang manfaat yang diperoleh.
"Stres disebabkan oleh persepsi awal. Jika, Anda bisa memperbaiki persepsi itu, Anda akan mengurangi tingkatan stres. Hasil riset menunjukan, kinerja jantung yang menurun dan tingginya tekanan darah merupakan efek daris stres. Olahraga membantu seseorang sekalipun hanya menahan respons awalnya," paparnya. Karena itu, Professor Roemmich mengharapkan orang tua dan guru bisa mensosialisasikan berjalan kaki ke sekolah.
"Sebuah kejutan di mana 43 persen anak-anak menggunakan kendaraan pribadi ke sekolah, sekalipun jarak antara sekolah dan rumah hanya 20 menit dengan berjalan kaki," kata dia. Lantaran mengkhwatirkan, Amstrong meminta pemerintah agar memperhatikan masalah ini. Ia khwatir dalam 2050 mendatang, anak-anak bakal terancam obesisitas.
sumber
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/12/02/150224-penelitian-gemuk-sedikit-tak-apa-asal-pola-hidupnya-sehat
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/08/12/129910-lawan-stres-dan-obesitas-dengan-jalan-kaki-ke-sekolah
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/08/14/130159-penderita-obesitas-kuras-duit-dengan-bolakbalik-ke-dokter
Tim dari Universitas Maastricht meneliti data dari hampir 4.500 orang dewasa. Peserta diminta mengisi kuesioner yang dibuat untuk mencari tahu tentang gaya hidup mereka, pola diet mereka, kebiasaan merokok, berapa banyak mereka minum dan berapa banyak latihan yang mereka lakukan. Namun dari semua faktor gaya hidup, ternyata hanya indeks massa tubuh yang menjadi faktor independen terkait dengan sering berkunjung ke dokter.
Meskipun para peneliti tidak bisa menyimpulkan mengapa orang yang kelebihan berat lebih sering berkonsultasi ke dokter, tapi mereka berspekulasi pengidap obesitas kerap memiliki keluhan yang lebih kecil, seperti masalah tidur atau nyeri muskuloskeletal. Muskuloskeletal ialah penyakit yang menyebabkan perubahan berbagai organ tubuh.
Pemimpin studi, Dr Marjan van den Akker, menambahkan bahwa dokter akan berada di bawah tekanan jika semakin hari pasien obesitas semakin membengkak. Sementara, dokter umum dari Forum Obesitas Nasional di Belanda, Dr David Haslam berkata, "Ini kabar baik bahwa mereka khawatir mengenai kesehatan mereka dan ingin memeriksa tetapi kita juga tahu bahwa kita harus berbuat lebih banyak untuk mengidentifikasi dan mengelola pasien kelebihan berat badan.''
Namun, lanjut Haslam, bagaimana pun perawat harus lebih berkualitas untuk memberikan nasihat gaya hidup sehat bagi penderita obesitas."Praktik perawat adalah arus utama dalam pengobatan pasien ini karena mereka dapat menghabiskan waktu lebih lama dengan penderita dan memiliki kesempatan untuk memberikan nasihat gaya hidup." ujarnya.
Gemuk sedikit tak apa, asal mengembangkan pola hidup sehat. Tapi bobot tubuh berlebih diimbangi pola hidup tak sehat berisiko 13 persen lebih tinggi mengalami kematian prematur. Demikian hasil penelitian American Cancer Society yang didanai Departemen Kesehatan Amerika Serikat.
Obesitas, kata penelitian ini, meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung, stroke, dan kanker tertentu. Penelitian ini melibatkan sekitar 1,5 juta orang dan menyimpulkan bahwa orang dewasa kulit putih sehat yang kelebihan berat badan hanya 13 persen lebih mungkin meninggal lebih cepat ketimbang mereka yang berbobot ideal.
Untuk analisis mereka yang didanai pemerintah, para peneliti mengumpulkan 19 studi jangka panjang atas orang dewasa kulit putih. Mereka menggunakan indeks massa tubuh setiap orang - ukuran tinggi dan berat badan - dan diperiksa untuk melihat siapa yang meninggal selama periode tertentu, yang berkisar dari lima sampai 28 tahun.
Mereka menfokuskan pada orang yang sehat pada awal penelitian. Perokok tidak termasuk, begitu juga mereka dengan penyakit jantung atau kanker karena mereka mempengaruhi angka kematian. Penelitian sepenuhnya hanya ingin melihat pengaruh berat badan saja.
Tingkat kematian terendah untuk wanita adalah pada mereka dengan kisaran indeks massa tubuh yang ideal - antara 22,5 dan 24,9.
Dibandingkan dengan kelompok itu, mereka yang kelebihan sedikit berat badan mempunyai peningkatan risiko kematian 13 persen. Risiko meningkat berkisar 44-88 persen untuk mereka yang obesitas.
Mereka yang gemuk dan tak menjalankan pola hidup sehat juga dua kali lebih mungkin meninggal prematur dibanding mereka yang gemuk tapi menjalankan pola hidup sehat. Hasil untuk pria adalah sama.
"Memiliki tambahan daging pada tulang Anda adalah berbahaya dan tidak bermanfaat, " kata Dr Michael Thun dari American Cancer Society, penulis senior studi tersebut.
Kesimpulan penelitian tersebut, yang diterbitkan pada Kamis di New England Journal of Medicine, mirip dengan tiga studi besar lainnya, kata penulis utama, Amy Berrington dari National Cancer Institute.
"Penelitian ini mendukung temuan bahwa hubungan antara kegemukan dengan peningkatan risiko kematian adalah kecil, namun tidak demikian dengan mereka yang over obesitas," ujar Berrington.
Sebuah riset yang digagas University of Buffalo mengungkap berjalan kaki menuju sekolah bisa mengurangi tingkat stres anak ketika bersekolah.
Riset juga mengungkap bila anak berjalan ke sekolah dengan jarak satu mil atau setara 1,9 km dapat meminimalkan resiko jantung dan tekanan darah tinggi yang berujung pada penyakit kardiovaskular. Pemimpin riset, Professor James Roemmich menjelaskan penyakit kardiovaskular dimulai ketika seseorang memasuki masa anak-anak.
Pihaknya mengaku telah berhasil menemukan cara untuk menghentikan atau memperlambat proses itu sehingga bernilai penting bagi seseorang. "Saya pahami bahwa aktivitas fisik secara efektif memberikan perlindungan terhadap pengembangan penyakit kardiovaskular. Dan satu cara untuk menanggulangi itu adalah mengurangi reaksi terhadap stres," kata dia seperti dikutip dailymail, Kamis, (12/8).
Secara terpisah, CEO Living Street, sebuah lembaga pemerhati pedestrian di Inggris, Tony Amstrong mengatakan riset terbaru ini memberikan kekuatan baru bagi pihaknya untuk merekomendasikan berjalan kaki sebagai aktivitas rutin sehari-hari. "Berjalan merupakan aktivitas yang ramah lingkungan, murah, dan berpengaruh besar terhadap kesehatan seseorang. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi anak-anak sekolah," ungkapmya.
Amstrong menambahkan dari riset sebelumnya yang digagas Kementrian Transportasi mencatat 9 dari 10 guru melaporkan anak-anak yang berjalan kaki ke sekolah memiliki tingkat konsentrasi yang lebih baik ketimbang anak-anak yang berangkat ke sekolah berkendaraan. Dalam riset sebelumnya, Professor Roemmich bersama koleganya melibatkan kelompok anak-anak sekolah yang terdiri dari 20 pria dan 20 perempuan dengan rentang usia 10 tahun hingga 14 tahun.
Oleh peneliti, setengah dari mereka duduk di kursi dengan menyaksikan tayangan tentang sebuah rumah yang diakhiri dengan gambar sekolah. Tayangan itu berdurasi 10 menit. Dalam tayangan itu diberikan narasi tentang apa yang harus dilakukan saat perjalanan itu berikut informasi tentang manfaat yang diperoleh.
"Stres disebabkan oleh persepsi awal. Jika, Anda bisa memperbaiki persepsi itu, Anda akan mengurangi tingkatan stres. Hasil riset menunjukan, kinerja jantung yang menurun dan tingginya tekanan darah merupakan efek daris stres. Olahraga membantu seseorang sekalipun hanya menahan respons awalnya," paparnya. Karena itu, Professor Roemmich mengharapkan orang tua dan guru bisa mensosialisasikan berjalan kaki ke sekolah.
"Sebuah kejutan di mana 43 persen anak-anak menggunakan kendaraan pribadi ke sekolah, sekalipun jarak antara sekolah dan rumah hanya 20 menit dengan berjalan kaki," kata dia. Lantaran mengkhwatirkan, Amstrong meminta pemerintah agar memperhatikan masalah ini. Ia khwatir dalam 2050 mendatang, anak-anak bakal terancam obesisitas.
sumber
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/12/02/150224-penelitian-gemuk-sedikit-tak-apa-asal-pola-hidupnya-sehat
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/08/12/129910-lawan-stres-dan-obesitas-dengan-jalan-kaki-ke-sekolah
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/08/14/130159-penderita-obesitas-kuras-duit-dengan-bolakbalik-ke-dokter










0 komentar:
Posting Komentar